
Kota-kota di Asia kini kembali menjadi sorotan, terutama terkait masalah kemacetan lalu lintas yang semakin parah. Berdasarkan laporan terbaru dari TomTom Traffic Index 2024, kota-kota di India dan Jepang mendominasi daftar 15 kota termacet di benua ini. Fenomena ini mencerminkan tantangan besar dalam mobilitas perkotaan yang dialami oleh masyarakat di kota-kota tersebut.
India, yang merupakan negara dengan populasi terbesar di dunia, memiliki beberapa kota dengan tingkat kemacetan yang sangat tinggi. Di antara kota-kota ini, Kolkata dan Bengaluru menonjol dengan waktu tempuh yang lama dalam perjalanan. Kolkata, misalnya, mencatat rata-rata waktu tempuh per 10 km mencapai 34 menit 33 detik, meningkat 10 detik dari tahun sebelumnya. Sementara itu, Bengaluru mengalami waktu tempuh rata-rata 34 menit 10 detik, yang naik 50 detik dibanding tahun lalu. Kemacetan di kedua kota ini menyebabkan kehilangan waktu produktif yang signifikan, dengan Kolkata mencatat kehilangan waktu mencapai 110 jam per tahun pada jam sibuk.
Jepang, meskipun terkenal dengan sistem transportasi umum yang efisien, juga menghadapi masalah kemacetan, terutama di kota-kota besar seperti Kyoto, Kumamoto, dan Fukuoka. Kyoto, misalnya, memiliki waktu tempuh rata-rata 33 menit 16 detik per 10 km, mengalami peningkatan kemacetan dengan kehilangan waktu 95 jam per tahun. Sementara itu, Kumamoto mencatat kemacetan dengan waktu tempuh 32 menit 37 detik, dan pengguna jalan di kota ini juga kehilangan waktu hingga 149 jam per tahun.
Berikut adalah daftar lengkap 15 kota termacet di Asia berdasarkan data TomTom Traffic Index 2024:
1. Kolkata, India
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 34 menit 33 detik
– Tingkat kemacetan: 32%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 110 jam
2. Bengaluru, India
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 34 menit 10 detik
– Tingkat kemacetan: 38%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 117 jam
3. Pune, India
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 33 menit 22 detik
– Tingkat kemacetan: 34%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 108 jam
4. Kyoto, Jepang
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 33 menit 16 detik
– Tingkat kemacetan: 39%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 95 jam
5. Davao City, Filipina
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 32 menit 59 detik
– Tingkat kemacetan: 49%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 136 jam
6. Kumamoto, Jepang
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 32 menit 37 detik
– Tingkat kemacetan: 49%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 149 jam
7. Bandung, Indonesia
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 32 menit 37 detik
– Tingkat kemacetan: 48%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 108 jam
8. Tainan, Taiwan
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 32 menit 29 detik
– Tingkat kemacetan: 28%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 76 jam
9. Manila, Filipina
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 32 menit 10 detik
– Tingkat kemacetan: 42%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 127 jam
10. Medan, Indonesia
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 32 menit 3 detik
– Tingkat kemacetan: 40%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 111 jam
11. Hyderabad, India
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 31 menit 30 detik
– Tingkat kemacetan: 28%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 85 jam
12. Fukuoka, Jepang
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 31 menit 18 detik
– Tingkat kemacetan: 42%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 117 jam
13. Hiroshima, Jepang
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 31 menit 8 detik
– Tingkat kemacetan: 43%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 114 jam
14. Caloocan, Filipina
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 30 menit 44 detik
– Tingkat kemacetan: 41%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 111 jam
15. Sendai, Jepang
– Rata-rata waktu tempuh per 10 km: 30 menit 36 detik
– Tingkat kemacetan: 43%
– Waktu yang hilang per tahun pada jam sibuk: 111 jam
Kemacetan lalu lintas merupakan masalah serius yang berdampak pada produktivitas dan kualitas hidup masyarakat. Saat ini, para pakar menyarankan perlunya kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mengatasi permasalahan ini. Solusi yang relevan mencakup peningkatan transportasi publik, penerapan kebijakan lalu lintas yang ketat, serta inovasi teknologi di bidang transportasi. Seiring pertumbuhan urbanisasi yang pesat, penanganan isu kemacetan harus menjadi prioritas agar mobilitas perkotaan dapat lebih efisien dan ramah lingkungan.