15 Petugas Medis Gaza Tewas: Analisis Forensik Sudut Tembakan Israel

Pasukan Israel telah terlibat dalam insiden yang mengakibatkan tewasnya 15 petugas medis di Gaza, di mana lebih dari 100 tembakan dilepaskan dalam serangan yang diteliti melalui analisis audio forensik. Rekaman ponsel yang dianalisis oleh BBC Verify menunjukkan bahwa beberapa tembakan yang fatally tersebut dilakukan dari jarak sangat dekat, yakni sekitar 12 meter. Insiden ini terjadi pada 23 Maret dekat Rafah dan menimbulkan sorotan internasional mengenai tindakan pasukan Israel.

Dalam analisis tersebut, dua ahli audio menginvestigasi sebuah video berdurasi 19 menit yang merekam situasi menegangkan sebelum insiden tersebut. Temuan ini sejalan dengan klaim dari Bulan Sabit Merah Palestina, yang menegaskan bahwa para petugas medis yang terbunuh “ditembak dari jarak yang sangat dekat.” Namun, pejabat militer Israel sebelumnya pada 5 April mengklaim bahwa berdasarkan rekaman udara, pasukan mereka menembak dari jarak jauh dan mengidentifikasi enam korban sebagai anggota Hamas tanpa memberikan bukti yang mendukung.

Pada saat yang bersamaan, Bulan Sabit Merah Palestina menekankan bahwa video yang dianalisis diambil oleh salah satu paramedis yang kemudian tewas dan dikuburkan secara dangkal oleh pasukan Israel. Video tersebut menunjukkan konvoi bantuan yang jelas dengan lampu darurat menyala dan paramedis mengenakan jaket visibilitas tinggi, memperkuat klaim bahwa mereka tidak menimbulkan ancaman.

Dalam perkembangan terbaru, setelah menghadapi bukti audisi yang mengubah keterangan resmi, militer Israel akhirnya mengakui bahwa klaim awal mereka mengenai posisi konvoi yang mencurigakan adalah tidak akurat. Analisis audio menunjukkan bahwa tembakan awal berasal dari jarak 40 hingga 43 meter, namun semakin dekat seiring berjalannya waktu, dengan tembakan akhir tercatat dari jarak hanya 12 meter.

Pakarnya dari Montana State University, Robert Maher, dan Steven Beck, mantan konsultan FBI, secara independen menyimpulkan bahwa pada akhir rekaman, suara tembakan berasal dari jarak 12 hingga 18 meter. Beck menyoroti adanya suara khas yang mungkin menunjukkan peluru mengenai ban, mengindikasikan bahwa petugas medis menjadi sasaran tembakan.

Chris Cobb-Smith, seorang mantan perwira Angkatan Darat Inggris, berpendapat bahwa pada jarak 50 meter, pasukan Israel seharusnya bisa mengidentifikasi konvoi sebagai konvoi kemanusiaan dan menyadari bahwa para petugas tidak bersenjata. Dalam rekaman itu, terdengar suara dalam bahasa Ibrani berpadu dengan teriakan komando yang menimbulkan kesan panik saat para penembak memerintahkan untuk maju.

Analisis menunjukkan bahwa selama lebih dari lima menit, puluhan tembakan ditembakan secara bersamaan, dengan para ahli audio mengkonfirmasi adanya lebih dari 100 tembakan meskipun mereka tidak mampu mengidentifikasi setiap jenis senjata yang digunakan. Beck mengamati bahwa beberapa tembakan dilakukan dengan mode otomatis penuh.

Metodologi yang digunakan dalam analisis audio memungkinkan para ahli untuk mengidentifikasi jarak tembakan berdasarkan jeda antara suara ledakan (crack) dan suara pelepasan peluru (pop). Semakin dekat dengan sumber suara, jeda antara kedua suara ini semakin singkat, sehingga memperkuat argumen bahwa tembakan berasal dari jarak dekat.

Berdasarkan analisis tersebut, kedua ahli menegaskan bahwa tindakan penembakan yang dilakukan oleh pasukan Israel terhadap para petugas medis tersebut melanggar hukum internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan yang mengatur perlindungan terhadap petugas medis di zona konflik. Insiden ini semakin mengabadikan ketegangan antara Israel dan Palestina di tengah laporan pelanggaran hak asasi manusia yang terus meningkat.

Dalam situasi yang penuh ketegangan seperti ini, penting bagi masyarakat internasional untuk mengevaluasi narasi yang ada dan mendukung penyelidikan independen terkait insiden dan dampaknya terhadap komunitas yang terdampak, khususnya petugas medis yang kerap kali menjadi korban dalam situasi konflik.

Berita Terkait

Back to top button