322 Orang Tewas dalam Lima Jam: Serangan Brutal Israel di Gaza

Pihak berwenang di Gaza melaporkan bahwa dalam rentang waktu hanya lima jam, lebih dari 322 warga Palestina tewas dan hilang akibat serangan brutal yang dilancarkan oleh Israel pada Selasa, 18 Maret 2024. Serangan ini menjadi salah satu yang paling mematikan sejak dimulainya gencatan senjata dengan Hamas yang efektif berlaku sejak 19 Januari lalu.

Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi bahwa sebanyak 254 jenazah telah dievakuasi ke rumah sakit, sementara 440 orang lainnya mengalami luka-luka. Namun, angka ini kemungkinan akan terus bertambah, mengingat banyak korban masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan. Sebuah pernyataan dari kementerian tersebut mengungkapkan, “Banyak korban masih tertimbun reruntuhan sementara upaya evakuasi masih dilakukan.”

Serangan Israel tersebut menyasar beberapa permukiman, menyebabkan seluruh keluarga menjadi korban. Dalam keterangan resmi, kantor media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa ambulans tidak mampu menangani semua korban yang berjatuhan. “Pembantaian brutal ini menegaskan sekali lagi bahwa tentara pendudukan Israel hanya mengenal bahasa pembunuhan, penghancuran, dan genosida,” ungkap pernyataan tersebut.

Pencegahan evakuasi di tengah pengepungan yang ketat di Gaza semakin memperburuk situasi kemanusiaan. Saat ini, lebih dari 2,4 juta warga Palestina menghadapi kekurangan kebutuhan dasar, seperti makanan, air, dan layanan kesehatan. Dalam kondisi seperti ini, Kantor media Gaza mendesak masyarakat internasional, termasuk Dewan Keamanan PBB dan kelompok hak asasi manusia, untuk segera mengambil tindakan agar pembantaian dapat dihentikan.

Tentara Israel dalam pernyataannya mengklaim bahwa serangan ini dilakukan untuk menyerang sejumlah target yang dianggap sebagai fasilitas milik Hamas, dengan tujuan untuk membebaskan semua sandera yang ditangkap. “Serangan ini dilakukan berdasarkan instruksi dari pemimpin politik untuk mencapai tujuan perang kita,” ungkap pernyataan resmi mereka. Namun, Hamas menganggap semua ini sebagai pelanggaran gencatan senjata dan menyerukan agar pemimpin Israel, Benjamin Netanyahu, dan pemerintahannya bertanggung jawab atas pelanggaran ini.

Meski saat ini sedang berlangsung gencatan senjata, otoritas Gaza mencatat bahwa serangan militer Israel masih terjadi hampir setiap hari. Sejak awal Oktober 2023, lebih dari 48.500 warga Palestina telah kehilangan nyawa mereka akibat serangan tersebut, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak.

Kondisi di Gaza semakin diperparah dengan pembatasan akses dan penutupan total titik penyeberangan yang menghancurkan harapan untuk perbaikan situasi kemanusiaan. Banyak organisasi internasional semakin menyerukan perhatian global terhadap krisis ini yang tampaknya terus memburuk.

Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Israel juga dijadwalkan akan dipermasalahkan di tingkat internasional, dengan Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant. Surat perintah ini terkait dengan tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi di Gaza.

Seiring dengan berlanjutnya ketegangan dan krisis yang merebak di wilayah tersebut, banyak pihak menyoroti bahwa langkah-langkah strategis harus diambil untuk mengatasi kekerasan yang terus berlanjut. Baik komunitas internasional maupun organisasi kemanusiaan diharapkan bisa berkontribusi dalam merespon situasi kritis ini dan mendorong penyelesaian yang damai bagi rakyat Palestina.

Exit mobile version