Lebih dari 38.000 anak Palestina kini menjadi yatim piatu akibat konflik berkepanjangan yang berlangsung di Jalur Gaza, yang diakibatkan oleh serangan brutal Israel. Jumlah ini mencerminkan dampak mendalam dari perang yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023, yang telah mengakibatkan hampir 47.200 warga Palestina tewas, termasuk banyak perempuan dan anak-anak. Data yang disampaikan oleh pejabat Kementerian Kesehatan Palestina, Zaher al-Wahidi, pada 23 Januari 2024, menegaskan tingkat penderitaan yang dialami oleh masyarakat Gaza.
Dari jumlah tersebut, rinciannya sangat mengkhawatirkan: sekitar 32.151 anak kehilangan ayah mereka, sementara 4.417 anak kehilangan ibu, dan 1.918 anak menjadi yatim piatu dengan kehilangan kedua orang tua. "Data tersebut mencerminkan tingkat penderitaan yang dialami oleh masyarakat Gaza," ungkap al-Wahidi kepada Anadolu.
Krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza saat ini lebih dari sekadar statistik; ini adalah realitas tragis yang dihadapi oleh ribuan anak. Menurut al-Wahidi, mendesak untuk segera mengurangi penderitaan anak-anak yatim dan keluarga yang terdampak, serta membangunkan kembali kehidupan mereka. "Ini mengharuskan semua pihak untuk segera berupaya mengurangi penderitaan anak-anak yatim dan keluarga yang terdampak," tambahnya.
Serangan Israel yang terus berlangsung juga telah menyebabkan lebih dari 111.160 orang terluka, dan nasib lebih dari 11.000 orang masih hilang. Kesepakatan gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2024 adalah langkah pertama untuk menghentikan keganasan, dengan harapan untuk mengedepankan perundingan ke arah gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Perang yang melanda Gaza telah menuai kritik internasional yang luas. Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada bulan November lalu bahkan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan pejabat pertahanannya, Yoav Gallant, terkait tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Selain itu, Israel juga dihadapkan pada tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) yang berkaitan dengan tindakan mereka di wilayah tersebut.
Kondisi saat ini menjadikan Gaza sebagai salah satu bencana kemanusiaan terburuk dalam sejarah dunia. Kerusakan infrastruktur yang meluas akibat serangan telah menggoncang fondasi kehidupan sehari-hari, memaksa banyak warga Palestina, termasuk anak-anak dan lansia, untuk menderita lebih jauh. Organisasi kemanusiaan dari seluruh dunia menyerukan bantuan mendesak untuk membantu mereka yang terjebak dalam konflik ini.
Beberapa langkah yang diperlukan untuk meredakan situasi di Gaza meliputi:
Perlindungan Anak-Anak: Upaya harus dilakukan untuk memberikan perlindungan dan dukungan kepada anak-anak yatim yang kehilangan orang tua mereka.
Bantuan Kemanusiaan: Pengiriman bantuan kemanusiaan harus dipercepat untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, air bersih, dan perlindungan kesehatan.
Perundingan Diplomatik: Semua pihak harus terlibat dalam dialog untuk memastikan gencatan senjata yang lebih stabil dan penyelesaian damai dari konflik yang berkepanjangan ini.
- Dukungan Psikososial: Anak-anak yang mengalami trauma akibat perang memerlukan dukungan psikososial untuk membantu mereka pulih dari pengalaman menyakitkan.
Krisis yang terus berlanjut ini membutuhkan perhatian serius dari komunitas internasional. Sementara penegakan hukum dan keadilan perlu diberikan kepada para pelanggar hak asasi manusia, fokus utama saat ini adalah pada mereka yang menderita: anak-anak yatim di Gaza yang berjuang untuk masa depan di tengah kehampaan dan ketidakpastian.