4 Alasan Anak Muda Tak Bahagia: Media Sosial dan Kesepian

Kebahagiaan generasi muda di seluruh dunia mengalami penurunan yang signifikan, berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan oleh Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) di Amerika Serikat. Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa anak muda, khususnya mereka yang berusia antara 12 hingga 25 tahun, mengalami ketidakbahagiaan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Penurunan ini terjadi di enam negara berbahasa Inggris dan mengindikasikan tantangan baru yang dihadapi generasi muda di era pasca-pandemi COVID-19. Berikut adalah empat alasan utama mengapa anak muda tidak lagi merasakan kebahagiaan yang layak mereka dapatkan.

  1. Depresi dan Tekanan Psikologis
    Penelitian menunjukkan bahwa tingkat depresi dan tekanan psikologis di kalangan anak muda saat ini jauh lebih tinggi. Hal ini menandakan bahwa banyak remaja dan orang dewasa muda menghadapi tantangan mental yang tidak pernah dialami oleh generasi sebelumnya. Menurut penulis studi, Jean Twenge dan David G Blanchflower, hasil ini menunjukkan bahwa generasi muda menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Tantangan tersebut, ditambah dengan ketidakpastian ekonomi dan dunia yang semakin digital, semakin memperburuk keadaan,” ungkap mereka.

  2. Penggunaan Media Sosial dan Internet yang Masif
    Keterhubungan yang tinggi dengan internet dan media sosial telah menciptakan korelasi langsung antara peningkatan penggunaan platform digital dan penurunan kebahagiaan. Dalam survei yang dilakukan oleh Pew Research Center, tiga dari empat remaja mengaku merasa lebih bahagia ketika tidak menggunakan ponsel pintar mereka. Blanchflower menyebutkan, “Internet adalah pesaing utama yang dapat disalahkan atas penurunan kebahagiaan ini.” Fenomena ini tidak hanya berlaku di Amerika saja, tetapi juga di seluruh dunia, di mana semakin banyak anak muda menjadi pengguna aktif media sosial, terjebak dalam perang informasi dan tekanan sosial.

  3. Internet Picu Gangguan Kesehatan Mental
    Peneliti juga menemukan bahwa interaksi dengan internet dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental di kalangan anak muda. Sebuah studi yang diterbitkan pada akhir 2024 menunjukkan bahwa meskipun setengah populasi di beberapa negara Afrika tidak menggunakan internet, mereka menunjukkan tingkat kesehatan mental yang lebih baik. “Kesehatan mental yang lebih stabil mungkin berhubungan dengan kurangnya akses terhadap internet,” jelas Blanchflower. Ini menciptakan kesadaran bahwa terlalu banyak terhubung secara digital dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, yang menjadi salah satu faktor penyebab ketidakbahagiaan.

  4. Kesulitan Ekonomi dan Kesepian
    Fenomena lain yang turut berkontribusi pada tingkat kebahagiaan yang rendah adalah kesulitan ekonomi dan rasa kesepian yang melanda generasi ini. Penurunan interaksi sosial secara langsung, bersama dengan semakin dalamnya kesenjangan pendapatan, juga berperan besar dalam menurunkan kepuasan hidup. Laporan Kebahagiaan Dunia pada 2024 mencatat bahwa kaum muda di bawah usia 30 tahun mengalami penurunan dramatis dalam tingkat kebahagiaan, khususnya di Amerika, yang terlempar dari daftar 20 negara paling bahagia untuk pertama kalinya sejak 2012.

Fenomena ini menunjukkan perlunya perhatian serius dari pihak berwenang dan masyarakat untuk mengatasi alasan-alasan ketidakbahagiaan ini. Peneliti mendesak untuk melakukan penelitian tambahan yang dapat memberikan wawasan lebih mendalam tentang tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini. Meskipun telah ada banyak diskusi mengenai hal ini, Blanchflower menyatakan bahwa prospek untuk membalikkan tren ketidakbahagiaan ini tampaknya suram. “Kekhawatiran kami adalah bahwa penurunan kesejahteraan kaum muda akan terus berlanjut dan menyebar ke seluruh dunia,” katanya. Oleh karena itu, upaya untuk mendorong interaksi sosial yang lebih sehat dan mengurangi penggunaan ponsel pintar menjadi langkah penting ke depan.

Berita Terkait

Back to top button