
Tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin memanas setelah kedua negara saling mengeluarkan kebijakan tarif yang agresif. Donald Trump, Presiden AS, baru-baru ini mengumumkan tarif tambahan sebesar 50% terhadap barang-barang impor dari China, menambah bea masuk yang sudah ada. Kebijakan ini muncul setelah China memutuskan untuk mengenakan tarif balasan sebesar 34% pada barang-barang Amerika. Situasi ini menandakan peningkatan signifikan dalam konflik perdagangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
1. Trump Serang China
Dalam sebuah pernyataan di media sosialnya, Trump mengancam untuk mulai mengenakan tarif tambahan terhadap barang-barang China mulai 9 April 2025, jika negara tersebut tidak menarik tarif balasan yang telah dikenakan. Ancaman ini menimbulkan kepanikan di kalangan pelaku pasar, karena jika kebijakan tersebut dilaksanakan, barang-barang asal China dapat dikenakan tarif impor yang mencapai 104%. Hal ini bisa berdampak besar bagi perdagangan internasional dan memicu lonjakan harga bagi konsumen di AS.
2. China Melawan
Kementerian Perdagangan China dengan tegas menolak kebijakan tarif yang ditetapkan oleh AS. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyatakan bahwa langkah tersebut melanggar hak serta kepentingan sah negara lain dan berpotensi merusak sistem perdagangan multilateral yang ada. Ia menambahkan, pengenaan tarif yang tinggi merupakan bentuk unilateralisme dan intimidasi ekonomi, yang ditentang oleh banyak pihak. China menegaskan komitmennya untuk melawan tekanan tersebut dan siap mengambil langkah tegas untuk melindungi kepentingannya.
3. Tidak Ada Perundingan AS-China
Seiring meningkatnya ketegangan, peluang untuk melakukan perundingan dagang tampak semakin kecil. Lin Jian mengatakan bahwa tidak ada indikasi serius dari AS untuk memulai kembali dialog. Ia menekankan bahwa AS harus menunjukkan kesediaan untuk bernegosiasi secara setara dan menghormati prinsip saling menguntungkan. Kementerian Perdagangan China juga memperingatkan bahwa jika AS melanjutkan kebijakan tarifnya, mereka akan mengambil tindakan balasan yang lebih tegas, yang berpotensi memperburuk ketegangan yang ada.
4. Dampak Global
Perang dagang ini tidak hanya berdampak pada AS dan China tetapi juga dapat merugikan perekonomian global. Banyak analis memperingatkan bahwa ketegangan yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan dalam rantai pasokan global dan meningkatkan ketidakpastian di pasar internasional. Selain itu, efek domino dari tarif yang dikeluarkan oleh AS dan respon dari China dapat mempengaruhi ekonomi negara-negara lain yang memiliki hubungan dagang erat dengan kedua negara.
5. Reaksi Masyarakat Internasional
Dalam situasi ini, reaksi dari masyarakat internasional sangat kritis. Berbagai negara dan organisasi internasional telah menyuarakan keprihatinan mereka terkait dampak perang dagang ini. Banyak negara menilai bahwa konflik ini bisa jadi merugikan kerjasama internasional dan stabilitas ekonomi global. Oleh karena itu, diplomasi dan penyelesaian sengketa perdagangan secara damai harus menjadi prioritas, mengingat dampak yang luas dari perselisihan ini.
Perang dagang yang semakin memanas ini menandakan tantangan besar bagi kedua negara dan seluruh komunitas internasional. Dengan adanya pernyataan tegas dari masing-masing pihak, situasi ini menunjukkan bahwa resolusi damai tampaknya semakin jauh dari jangkauan. Ke depan, bagaimana kedua negara akan menangani ketegangan ini akan menjadi perhatian dunia, terutama terkait dampaknya terhadap perekonomian global dan perdagangan internasional.