Dunia

80% Wilayah Utara Gaza Hancur, Tak Dapat Dihuni Akibat Serangan

Gaza, Podme.id – Wilayah utara Gaza kini hampir sepenuhnya hancur akibat serangan militer Israel yang berlangsung sejak Oktober 2023. Data terbaru dari pejabat Palestina menyatakan bahwa sekitar 80 persen wilayah tersebut telah mengalami kerusakan yang begitu parah hingga tidak dapat dihuni. Menurut Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Gaza, Naji Sarhan, lokasi-lokasi seperti kamp pengungsi Jabalia, Beit Hanoun, dan Beit Lahia mengalami kerusakan hampir total.

Kerusakan yang diakibatkan oleh serangan berkelanjutan tersebut telah berdampak besar pada infrastruktur dasar, termasuk rumah-rumah, jalan, dan jaringan air. Sarhan menjelaskan, “Kerusakannya sangat parah, berdampak pada rumah-rumah, jalan-jalan, dan infrastruktur yang membuat Gaza utara tidak dapat dihuni.” Hal ini meningkatkan krisis kemanusiaan yang telah berlangsung berbulan-bulan, di mana lebih dari 300.000 warga Palestina kini kehilangan tempat tinggal.

Imad Badwan, Kepala Kota Beit Hanoun, menyatakan kondisi wilayahnya sebagai “zona bencana” selama konferensi pers yang diadakan di Jabalia. Ia memberikan rincian mengenai kerusakan yang terjadi, termasuk jalan, sistem pembuangan air, serta fasilitas penting seperti rumah sakit dan sekolah. Selain itu, fasilitas UNRWA yang berfungsi sebagai tempat penampungan bagi pengungsi juga mengalami dampak yang signifikan dari serangan tersebut.

Serangan yang terus berlanjut telah mengakibatkan ribuan kematian dan cedera. Badwan menegaskan bahwa lebih dari 5.000 orang telah tewas dan sekitar 13.000 lainnya luka-luka akibat serangan Israel. Jumlah pengungsi pun terus meningkat, dengan lebih dari 200.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Prinsip gaza utara yang hancur ini tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik, tetapi juga krisis kemanusiaan yang mendalam. Sarhan meminta dukungan internasional yang mendesak untuk rekonstruksi area ini, yang ia prediksi akan memerlukan upaya besar dan bantuan global. Keperluan mendesak akan tempat berlindung, makanan, pakaian, dan fasilitas kamp untuk para pengungsi menjadi topik utama dalam upaya pemulihan.

Kondisi di Gaza juga terpengaruh oleh kesepakatan gencatan senjata yang mulai diterapkan pada Minggu silam, yang mencerminkan harapan untuk menghentikan genosida yang telah mengakibatkan lebih dari 47.000 kematian, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 110.700 orang. Kesepakatan ini mencakup beberapa fase, termasuk pertukaran tahanan dan tujuan akhir untuk mencapai gencatan senjata permanen.

Namun, meskipun kesepakatan ini diharapkan dapat membawa ketentraman, kenyataannya adalah bahwa serangan yang telah berlangsung telah meninggalkan jejak kehancuran yang sangat dalam. Lebih dari 11.000 orang dinyatakan hilang, membuat situasi kemanusiaan di wilayah ini menjadi salah satu yang terburuk dalam sejarah modern.

Perhatian internasional terus meningkat terhadap tindakan Israel di Gaza, dengan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan atas kejahatan perang yang dilakukan oleh pejabat Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Sementara itu, Israel juga tengah menghadapi dakwaan genosida di Mahkamah Internasional.

Di tengah semua ini, harapan akan bantuan internasional dan upaya rekonstruksi yang efektif menjadi penantian mendesak bagi penduduk Gaza. Dengan 80 persen wilayah utara Gaza hancur, kebutuhan bantuan kemanusiaan terus mendesak, dan komunitas internasional diharapkan untuk merespons dengan tindakan nyata demi mengakhiri tragedi kemanusiaan ini.

Guntur Wibowo

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.
Back to top button