Laporan terbaru dari Accenture mengungkapkan bahwa 90% perusahaan di wilayah Asia Pasifik berencana untuk mengadopsi agen kecerdasan buatan (AI) dalam tiga tahun ke depan. Hal ini menandakan bahwa perusahaan-perusahaan di sektor ini semakin menyadari potensi teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan mendukung pertumbuhan bisnis mereka. Agen AI, yang merupakan sistem perangkat lunak yang dapat mengotomatisasi tugas tertentu dengan sedikit atau tanpa campur tangan manusia, diharapkan akan menjadi alat penting dalam strategi operasional masa depan.
Accenture mencatat bahwa meskipun ada antusiasme untuk mengimplementasikan AI, hanya 1% dari organisasi yang merasa siap menghadapi risiko yang dihadapi, termasuk isu kepatuhan, privasi, dan keamanan data. Ini menunjukkan ketidakpastian yang signifikan mengenai manajemen risiko terkait penerapan teknologi baru, yang tentunya perlu dicermati oleh pemimpin bisnis saat merencanakan integrasi AI dalam operasi mereka.
Studi Accenture menunjukkan bahwa sekitar 48% perusahaan di Asia Pasifik memandang praktik AI yang bertanggung jawab sebagai alat strategis untuk mendorong pendapatan. Meskipun mayoritas perusahaan telah menunjukkan kematangan sistem operasional mereka, dengan 73% perusahaan berada dalam kategori ini, ada 35% yang masih tertinggal dalam hal kematangan operasional AI.
Risiko yang diidentifikasi sebagai paling signifikan di antara perusahaan-perusahaan ini mencakup:
1. Privasi dan tata kelola data (57%)
2. Keamanan data (53%)
Ryoji Sekido, Co-CEO Asia Pasifik di Accenture, mengungkapkan bahwa bisnis di kawasan ini sedang mengalami perubahan signifikan akibat disrupsi teknologi. Ia menekankan bahwa sukses dalam menjalankan perusahaan kini banyak bergantung pada fleksibilitas dan efisiensi yang didapat melalui penemuan teknologi terbaru. Kendati banyak perusahaan yang meningkatkan investasi mereka di sektor AI, banyak yang masih kesulitan untuk mengoptimalkan nilai dari investasi tersebut.
Untuk mengatasi tantangan ini, Sekido merekomendasikan bahwa perusahaan harus berinvestasi dalam membangun kepercayaan, baik di kalangan karyawan maupun pelanggan mereka, sambil memastikan bahwa fondasi data yang digunakan untuk mendukung aplikasi AI adalah yang tepat. Dalam keterangannya, Sekido menyatakan, “Mengoperasionalkan AI yang bertanggung jawab adalah satu-satunya cara untuk menciptakan nilai jangka panjang dan berkelanjutan.”
Adopsi AI yang luas di kalangan perusahaan-perusahaan Asia Pasifik juga menuntut perhatian serius terhadap pendidikan dan pelatihan karyawan. Dengan teknologi yang terus berkembang, perusahaan harus siap untuk memberikan pelatihan yang memadai untuk mempersiapkan tenaga kerja mereka agar mampu bekerja efisien dengan teknologi baru. Kesadaran akan pentingnya keterampilan digital juga menjadi bagian krusial dalam strategi adopsi teknologi.
Sebagai bagian dari strategi bisnis ke depan, fokus pada pengembangan kemampuan dalam menggunakan AI secara bertanggung jawab menjadi vital. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga membantu perusahaan dalam mengelola dan memitigasi risiko yang mungkin muncul dari penggunaan teknologi. Perusahaan yang dapat menavigasi tantangan ini dengan baik akan berada di jalur terbaik untuk memanfaatkan keuntungan kompetitif yang ditawarkan oleh kecerdasan buatan.
Ke depan, kita dapat mengharapkan lebih banyak inovasi dalam penggunaan AI oleh perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik. Implementasi agen AI bukan hanya akan membantu dalam meningkatkan produktivitas, tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan. Ketika perusahaan memasuki era baru kecerdasan buatan, tantangan dan peluang baru akan terus bermunculan, memaksa mereka untuk terus belajar dan beradaptasi dalam menghadapi dinamika dunia usaha.