
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengungkapkan bahwa industri reasuransi Indonesia mengalami kerugian yang signifikan sebesar Rp33 miliar setelah pajak pada tahun 2024. Ini menunjukkan perubahan drastis dibandingkan dengan kinerja positif tahun sebelumnya, di mana industri ini berhasil mencatatkan laba setelah pajak sebanyak Rp1,54 triliun.
Performa industri reasuransi pada tahun ini mencatat kontraksi yang mengejutkan sebesar 121,7% jika dibandingkan dengan hasil tahun lalu (year on year/YoY). Hal ini menunjukkan adanya tantangan yang lebih berat di tahun 2024. Salah satu faktor penyebab utama dari kerugian ini adalah penurunan hasil underwriting yang sangat signifikan, yang anjlok 132,6% menjadi negatif Rp50 miliar. Pada 2023, hasil underwriting masih tercatat positif sebesar Rp1,52 triliun.
Meskipun sejumlah indikator menunjukkan penurunan, sektor reasuransi masih dapat membukukan pertumbuhan pada hasil investasi. Total hasil investasi industri ini meningkat sebesar 8,4% (YoY), mencapai Rp1,17 triliun, naik dari Rp1,08 triliun pada tahun lalu. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada kerugian dari aspek underwriting, investasi tetap memberikan kontribusi positif bagi pihak-pihak yang terlibat.
Adapun beberapa data penting yang dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang kinerja industri reasuransi di tahun 2024 antara lain:
Pendapatan Premi: Terdapat penurunan 4,3% (YoY) pada total pendapatan premi, yang mencapai Rp25,93 triliun, dibandingkan dengan Rp27,10 triliun pada tahun 2023.
Total Klaim: Meskipun industri mengalamai kerugian, total klaim yang harus dibayarkan mengalami penurunan sebesar 11,7% (YoY), dari Rp15,33 triliun pada tahun lalu menjadi Rp13,53 triliun pada 2024.
Beban Underwriting: Total beban underwriting meningkat sebesar 16,4% (YoY) untuk tahun 2024, mencapai Rp10,19 triliun, meningkat dari Rp8,75 triliun pada tahun sebelumnya.
Total Ekuitas: Ekuitas industri reasuransi juga mengalami penurunan sebesar 18,4% (YoY), yang kini menjadi Rp6,75 triliun, berkurang dari Rp8,27 triliun pada tahun lalu.
Liabilitas: Total liabilitas industri meningkat 15,1% menjadi Rp30,51 triliun, dibandingkan dengan Rp26,51 triliun pada 2023.
Total Aset: Meskipun beberapa aspek mengalami penurunan, total aset industri reasuransi meningkat sebesar 7,3% (YoY) menjadi Rp38,82 triliun, naik dari Rp36,18 triliun pada tahun sebelumnya.
Total Investasi: Total investasi juga mengalami pertumbuhan sebesar 5,5%, mencapai Rp20,41 triliun dari Rp19,35 triliun pada tahun lalu.
- Rasio Profitabilitas: Untuk tahun 2024, rasio return on assets (ROA) tercatat sebesar 4,2%, sementara return on equity (ROE) berada pada angka 18,6%.
AAUI juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh industri reasuransi di tahun ini, terutama dalam pengelolaan underwriting yang menjadi salah satu faktor utama kerugian. Meskipun terdapat penurunan dalam aspek premi dan ekuitas, pertumbuhan dalam hasil investasi menunjukkan bahwa industri masih memiliki peluang untuk bangkit di masa depan. Dengan begitu, perhatian dan langkah strategis yang tepat perlu diambil untuk memperbaiki kinerja sektor reasuransi dan meminimalkan risiko di tahun-tahun mendatang.
Secara keseluruhan, kinerja industri reasuransi di tahun 2024 memperlihatkan gambaran yang kompleks. Di satu sisi, terdapat kerugian dan penurunan dalam beberapa aspek, namun di sisi lain, pertumbuhan pada hasil investasi dan penurunan total klaim menunjukkan bahwa industri ini masih memiliki fondasi yang cukup kuat untuk membangun kembali kinerjanya.