Hiburan

Abidzar Al Ghifari Disinggung soal Rasisme Usai Blunder Film

Pernyataan kontroversial Abidzar Al Ghifari, yang diungkapkan saat konferensi pers film terbarunya yang diadaptasi dari drama populer “A Business Proposal”, telah menarik perhatian publik dan menimbulkan beragam reaksi. Dalam kesempatan tersebut, Abidzar secara blunder mengaku tidak menonton versi drama hingga selesai, yang membuat banyak pihak mempertanyakan profesionalitasnya sebagai seorang aktor. Ia berdalih bahwa keputusannya tersebut bertujuan untuk menciptakan karakter yang otentik dan berbeda dari yang sudah ada. Namun, pengakuan ini tak lantas meredakan tekanan yang ia rasakan dari ekspektasi penggemar drama tersebut.

Melalui podcast, Abidzar mengungkapkan bahwa ia merasa tertekan dengan ekspektasi yang ditanamkan oleh fans setia. Pengakuan ini hanya memperburuk situasi, karena banyak warganet mulai melayangkan kritik pedas terhadapnya, bahkan ada yang menyebutnya arogan. Ketika mencoba untuk menjelaskan pernyataannya lebih lanjut melalui saluran eksklusif, Abidzar mengaitkan situasi tersebut dengan isu lebih luas tentang rasisme di Indonesia.

Dia mengungkapkan, “Pengin ngejelasin tapi pasti tetep bakal nggak suka… Emang dari dasarnya udah nggak setuju mau dijelasin kayak apaan tau sepertinya akan tetap begitu. Rasisme di Indonesia ternyata masih ada.” Pernyataan ini membuat banyak pihak terkejut dan menimbulkan polemik baru. Beberapa warganet menuduhnya “playing victim,” sementara lainnya merasa pernyataan tersebut justru mengalihkan perhatian dari masalah yang sedang dihadapi.

Untuk memahami konteks pernyataan Abidzar, penting untuk menggali lebih dalam tentang pengertian rasisme. Mengacu pada informasi dari Amnesty International, rasisme merupakan pandangan atau tindakan yang mendiskriminasi, merendahkan, atau memperlakukan individu atau kelompok berdasarkan ras, etnis, warna kulit, hingga asal-usul seseorang. Rasisme tidak hanya mencerminkan sikap ketidakadilan, tetapi juga dapat melahirkan ketidakadilan sistemik yang membatasi hak dan kebebasan individu.

Berikut adalah beberapa bentuk rasisme yang umum terjadi:
1. Ujaran kebencian: Pernyataan atau tindakan yang melecehkan kelompok tertentu berdasarkan ras atau etnis.
2. Stereotip negatif: Asumsi negatif yang melekat pada kelompok tertentu, yang menciptakan penghalang dalam hubungan sosial.
3. Perlakuan diskriminatif: Praktik yang mengutamakan satu kelompok atas yang lain dalam berbagai aspek, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan hukum.
4. Ketidakadilan sistemik: Struktur atau kebijakan yang secara tidak adil mempengaruhi kelompok tertentu, sehingga merugikan hak-hak mereka.

Rasisme dapat merusak harmoni sosial di masyarakat, menciptakan ketegangan antar kelompok, dan merugikan individu yang menjadi korban. Dalam konteks rasisme, penting untuk menyadari bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk dihormati dan diperlakukan secara adil, tanpa mempertimbangkan latar belakang rasial atau etnisnya.

Pernyataan Abidzar dan komentar terkait rasisme membangkitkan diskusi yang lebih luas tentang bagaimana isu diskriminasi tetap menjadi masalah di Indonesia. Masyarakat diharap dapat lebih peka terhadap perilaku dan sikap yang sejalan dengan prinsip kesetaraan, serta membangun dialog yang konstruktif untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Seiring dengan berkembangnya budaya dan industri film di Indonesia, penting bagi para pelaku industri untuk menyadari tanggung jawab mereka dalam menciptakan karya yang mencerminkan nilai-nilai positif, serta menjunjung tinggi keadilan dan inklusivitas bagi semua.

Intan Permatasari adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button