Adopsi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di Indonesia menunjukkan angka yang mengesankan dan terus beranjak meningkat. Setelah pandemi Covid-19 yang melanda dunia, penerapan AI dalam berbagai sektor di Indonesia semakin meningkat. Bahkan, berdasarkan data dari HP Indonesia, adopsi AI di Indonesia mencapai 87% pada tahun 2024, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global yang mencapai 66%.
Frans Adhiraja, Bisnis Personal System Categori Head HP Indonesia, menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara dengan tingkat teknologisasi yang tinggi. "Orang Indonesia sangat melek teknologi dan tidak bisa dikategorikan sebagai gagap teknologi," ungkapnya dalam perbincangan di kanal Youtube Bisniscom. Ia menambahkan, kemampuan masyarakat Indonesia dalam menggunakan AI untuk mendukung pekerjaan sehari-hari, seperti membuat draft surat, menunjukkan tingkat pemahaman dan penguasaan teknologi yang baik.
Sementara itu, survei yang dilakukan oleh HP dalam World Relationship Index (WRI) mengungkapkan bahwa di tingkat global, ada sekitar 28% responden merasa hubungan mereka dengan pekerjaan tidak sehat. Mereka merasakan ketidakimbangannya dalam pekerjaan yang mereka jalani. Namun, di Indonesia, angka tersebut justru lebih menggembirakan: 44% pekerja mengaku merasa nyaman dengan pekerjaan yang mereka lakukan saat ini.
Sejumlah faktor berkontribusi terhadap perasaan nyaman atau tidaknya pekerja di lapangan. Frans menekankan pentingnya keterampilan interpersonal dari pemimpin perusahaan. Dalam survei tersebut, responden menyatakan harapan agar pemimpin mereka memiliki kemampuan empati yang kuat, yang dapat meningkatkan rasa keterikatan (attachment) antara pekerja dan atasan. "Karena dengan empati, kita bisa lebih merasa attached baik itu dengan pekerjaan kita ataupun juga dengan atasan kita," tambahnya.
Adopsi AI di Indonesia tidak hanya meningkatkan efisiensi pekerjaan, tetapi juga dapat mempengaruhi keadaan mental dan kepuasan kerja. Terdapat beberapa hasil survei yang dapat diinternalisasikan sebagai langkah-langkah penting untuk meningkatkan kenyamanan kerja, antara lain:
-
Peningkatan Pengetahuan Teknologi: Masyarakat perlu terus didorong untuk berinvestasi dalam pelatihan dan pendidikan teknologi, agar mereka dapat menerapkan AI dengan lebih efektif dalam pekerjaan mereka.
-
Interaksi yang Baik antara Atasan dan Karyawan: Perusahaan sebaiknya mendorong pemimpin untuk mengembangkan keterampilan interpersonal dan empati agar dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih suportif.
-
Penerapan AI yang Efisien: Organisasi perlu melakukan evaluasi untuk memastikan bahwa penerapan AI tidak hanya berjalan, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi pekerja.
-
Kesejahteraan Psikologis Pekerja: Perusahaan disarankan untuk memperhatikan kesehatan mental pekerja, guna menciptakan suasana kerja yang lebih sehat dan produktif.
- Monitoring Reguler terhadap Kepuasan Kerja: Melakukan survei secara berkala dapat membantu perusahaan mengetahui tingkat kepuasan dan kenyamanan pekerja, sehingga dapat mengambil langkah yang tepat jika ada masalah.
Kepuasan kerja merupakan elemen penting yang tidak dapat diabaikan dalam adopsi teknologi terbaru. Mengingat Indonesia memiliki tingkat adopsi AI yang luar biasa, hal ini dapat dijadikan pendorong bagi perusahaan lain untuk berinovasi lebih lanjut. Dengan sinergi antara teknologi dan manajemen sumber daya manusia yang baik, harapan akan terciptanya lingkungan kerja yang lebih produktif dan sejahtera menjadi semakin nyata. Begitu pula dengan banyaknya potensi yang dapat dikembangkan melalui kemajuan teknologi di Indonesia.