JAKARTA – Pertarungan di dunia kecerdasan buatan (AI) semakin menarik dengan kehadiran DeepSeek, sebuah platform AI open source asal China yang menghadirkan model baru dalam berlangganan yang jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan ChatGPT milik OpenAI. Dalam beberapa minggu terakhir, DeepSeek langsung menjadi perbincangan hangat di kalangan pengguna dan pengembang AI berkat biaya langganannya yang jauh lebih murah serta performa yang mampu bersaing dengan produk-produk dari perusahaan Amerika Serikat.
Kecerdasan buatan telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari dan bisnis, dengan kemampuan untuk memudahkan berbagai tugas mulai dari analisis data hingga pembuatan konten. OpenAI melalui ChatGPT telah mendominasi pasar selama beberapa tahun terakhir. Dengan kemampuan percakapan yang canggih serta infrastruktur yang solid, ChatGPT menjadi salah satu produk AI yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Namun, kemunculan DeepSeek mengubah permainan. Platform ini menawarkan layanan yang mirip dengan ChatGPT, namun dengan biaya langganan yang jauh lebih rendah. Untuk mengakses ChatGPT, pengguna perlu membayar USD20 (sekitar Rp323.000), sedangkan DeepSeek hanya memerlukan biaya USD0.50 (sekitar Rp8.000). Hal ini membuat DeepSeek menjadi lebih menarik bagi pengguna yang mencari solusi hemat biaya.
Selain harga, keunggulan DeepSeek juga terlihat dalam kemampuannya menganalisis kode pemrograman. Laporan dari Business Today mengungkapkan bahwa model DeepSeek-R1 lebih unggul dibandingkan model ChatGPT, terutama dalam kemampuan mengartikan kode seperti Python dan Java serta memecahkan persamaan kompleks. Meski demikian, ada beberapa batasan yang mencolok, di mana DeepSeek cenderung tertutup pada topik-topik sensitif, terutama yang berhubungan dengan pemerintahan China. Contohnya, ketika dihadapkan dengan pertanyaan mengenai Presiden Xi Jinping, DeepSeek akan menolak menjawab dan lebih memilih untuk beralih ke topik lain.
Sebaliknya, ChatGPT memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan dengan lebih terbuka dan memberikan respon yang lebih variatif, termasuk dalam hal cerita dan pemasaran. ChatGPT juga lebih responsif terhadap perkembangan berita terkini, meskipun terkadang memberikan jawaban yang tidak selalu akurat atau sesuai dengan konteks.
Bukan hanya menarik bagi pengguna, munculnya DeepSeek juga memicu dampak signifikan di pasar saham. Pada tanggal 27 Januari 2025, ketika DeepSeek meluncurkan modelnya, saham-saham teknologi di AS mengalami penurunan tajam. Mampu meraih peringkat teratas di App Store Apple AS sebagai aplikasi gratis, DeepSeek memberikan sinyal kuat bahwa model AI open source ini bisa bersaing secara global. Penurunan indeks Nasdaq yang merupakan tempat berkumpulnya banyak saham teknologi ini dipengaruhi oleh fenomena yang ditimbulkan oleh kehadiran DeepSeek, yang dinyatakan sebagai ancaman terhadap dominasi perusahaan-perusahaan AS.
Perbandingan antara DeepSeek dan ChatGPT menyoroti ketidakpastian yang semakin meningkat dalam industri teknologi. Berikut adalah beberapa perbandingan utama antara keduanya:
Biaya Berlangganan:
- ChatGPT: USD20 (Rp323.000)
- DeepSeek: USD0.50 (Rp8.000)
Kemampuan Analisis Kode:
- ChatGPT: Baik, tetapi kurang efisien dalam memecahkan persamaan kompleks.
- DeepSeek: Lebih unggul, terutama dalam kode Python dan Java.
Respon terhadap Pertanyaan Sensitif:
- ChatGPT: Terbuka dalam menjawab berbagai pertanyaan, termasuk yang sensitif.
- DeepSeek: Menolak menjawab pertanyaan sensitif terkait pemerintah China.
- Ketepatan dalam Global Awareness:
- ChatGPT: Responsif terhadap berita terkini.
- DeepSeek: Cenderung lebih tertutup dalam mengambil respon.
DeepSeek yang didukung teknologi andal akhirnya menunjukkan bahwa persaingan di sektor AI tidak hanya bergantung pada kekuatan kapital, tetapi juga pada inovasi dan solusi yang ditawarkan. Dengan langkah berani ini, pertarungan antara model AI global semakin menarik untuk disaksikan ke depannya.