
Musisi dan anggota DPR RI, Ahmad Dhani, baru-baru ini mengundang perhatian publik setelah memberikan saran yang kontroversial mengenai pemain naturalisasi dalam timnas Indonesia. Dalam sebuah rapat antara Komisi X DPR RI bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) serta PSSI, Ahmad Dhani menyarankan agar federasi sepak bola Indonesia itu mengurangi jumlah pemain naturalisasi yang tergolong ras “bule”.
“Dalam saran yang saya berikan, kurangilah pemain yang bule dalam tanda kutip ras-nya bule, rambut pirang mata biru, buat Indonesia kurang enak dilihat,” ungkap Dhani dalam rapat pada Rabu (5/3/2025) yang dipublikasikan melalui kanal YouTube TV Parlemen. Pernyataannya tersebut mendapatkan kritikan tajam dari berbagai pihak, yang menilai klaimnya bernuansa rasis.
Lebih lanjut, Ahmad Dhani berdiskusi tentang preferensinya untuk mencari pemain dari berbagai ras lain yang dianggap lebih serupa dengan keindonesiaan. Ia menambahkan, “Kalau bisa dicari dari yang ras mirip dengan kita dari Korea dari Afrika. Karena kalau bule dilihatnya gimana gitu, itu cuma usulan saja.”
Pernyataan Ahmad Dhani ini menciptakan reaksi yang beragam di kalangan netizen. Beberapa di antaranya meragukan niat baik dari komentar tersebut, merujuk pada pandangan bahwa pengurangan pemain alami dari ras tertentu tidak sejalan dengan prinsip kesetaraan dan keberagaman. Direktur PSSI dan otoritas sepak bola Indonesia lainnya juga merasa perlu memberikan klarifikasi mengenai kebijakan naturalisasi pemain, terutama menjelang kualifikasi Piala Dunia 2026, di mana tiga pemain keturunan—Emil Audero, Dean James, dan Joey Pelupessy—sedang dalam proses naturalisasi.
Sementara itu, menarik untuk dicatat bahwa Ahmad Dhani sempat mengunggah potongan pernyataannya di media sosial yang tidak menyertakan bagian kontroversial. Dalam postingan tersebut, ia hanya menuliskan, “Hidup naturalisasi, lanjutkan.” Langkah ini tampaknya telah menimbulkan spekulasi di kalangan netizen, apakah tindakan tersebut merupakan bentuk upaya penghindaran dari tanggung jawab atau sekadar kesalahan penyampaian.
Reaksi dari publik pun sangat beragam. Beberapa pengguna media sosial mencemooh langkah Ahmad Dhani, menyatakan, “Kok gak diupload full videonya. Blunder nyenggol timnas,” dan “Mau cari pemain atau model,” menjadi komentar yang mendominasi platform. Ada pula yang menilai bahwa permohonan tersebut mencerminkan sebuah pandangan yang sempit dalam dunia olahraga yang seharusnya mementingkan kreativitas dan inovasi dalam pemilihan pemain.
Dalam konteks yang lebih luas, pernyataan Ahmad Dhani memicu perdebatan intens mengenai posisi Indonesia dalam dunia sepak bola yang semakin terbuka terhadap penggunaan pemain naturalisasi. Mengingat keberhasilan sejumlah negara yang memanfaatkan naturalisasi untuk meningkatkan performa tim nasional, fenomena ini menjadi penting untuk dibahas secara objektif.
Kesempatan untuk memajukan timnas Indonesia di kualifikasi Piala Dunia 2026 semakin mendesak. Sementara banyak pihak menantikan hasil positif dari tiga pemain keturunan yang sedang dalam proses naturalisasi, kompetisi yang sehat di antara pemain lokal dan naturalisasi juga sangat dibutuhkan.
Oleh karena itu, saran Ahmad Dhani, meskipun menarik perhatian, perlu dipertimbangkan secara lebih luas dengan mengutamakan nilai-nilai persatuan dan keberagaman dalam olahraga. Semoga perdebatan ini bisa berujung pada kebijakan yang lebih inklusif bagi semua pemain, tanpa memandang ras atau latar belakang.