
Rencana pembangunan pusat data artificial intelligence (AI) oleh proyek prioritas Danantara menarik perhatian berbagai kalangan, terutama para pengamat ekonomi dan teknologi. Menurut Direktur Eksekutif ICT, Heru Sutadi, langkah ini menunjukkan adanya visi jangka panjang yang kuat dalam menghadapi kebutuhan teknologi di masa depan. Namun, ia juga menegaskan bahwa diperlukan kajian mendalam untuk memastikan keselarasan pembangunan dengan kebutuhan yang ada.
Heru mengungkapkan, "Kalau Danantara mau mengembangkan pembangunan pusat data AI, ini langkah yang cukup bagus." Pernyataan ini mengisyaratkan optimisme terhadap inisiatif tersebut, namun di sisi lain, ia mengingatkan pentingnya evaluasi menyeluruh terkait kebutuhan dan keberlanjutan proyek ini.
Indonesia memang telah memiliki sejumlah pusat data yang tersebar di berbagai daerah. Salah satunya adalah pusat data yang dibangun oleh Komdigi di Cikarang. Meskipun Komdigi sebelumnya merencanakan pembangunan empat pusat data, hingga saat ini masih belum ada kepastian apakah tiga pusat data tambahan tersebut akan terwujud. Situasi ini menunjukkan adanya ketidakpastian dalam perkembangan sektor pusat data yang perlu menjadi perhatian.
Heru Sutadi menambahkan bahwa dalam pengembangan pusat data AI, terdapat beberapa aspek penting yang harus dipertimbangkan secara komprehensif, antara lain:
- Aspek teknis – Meliputi infrastruktur dan teknologi yang akan digunakan dalam pusat data AI.
- Aspek lingkungan dan sosial – Penting untuk memastikan bahwa pembangunan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitar.
- Aspek hukum – Memastikan semua kegiatan memenuhi regulasi dan undang-undang yang berlaku.
- Aspek bisnis – Evaluasi tentang kelayakan ekonomi dan potensi pasar untuk layanan yang ditawarkan.
- Manajemen risiko – Mempertimbangkan berbagai risiko yang mungkin timbul selama dan setelah pembangunan pusat data.
- Mitigasi risiko – Strategi untuk mengurangi dampak risiko yang teridentifikasi.
Heru juga menyarankan bahwa pusat data AI membutuhkan investasi yang tidak sedikit, dengan estimasi mencapai triliunan rupiah. Terlebih lagi, jika proyek ini mengarah pada pembangunan green data center, maka aspek keberlanjutan menjadi semakin krusial. Berdasarkan topologi tanah air, setidaknya dibutuhkan dua pusat data AI untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan di Indonesia.
Dalam konteks proyek prioritas yang disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto, pusat data AI merupakan salah satu dari sejumlah proyek strategis lainnya seperti hilirisasi nikel, bauksit, dan tembaga, serta pembangunan kilang minyak, pabrik petrokimia, dan energi terbarukan. Prabowo menyatakan, "Ini adalah sektor yang akan menentukan masa depan kita, kesejahteraan kita, dan kemandirian bangsa kita."
Keberhasilan pembangunan pusat data AI ini tidak hanya akan menyediakan infrastruktur teknologi yang mendukung pengembangan AI di Indonesia, tetapi juga diharapkan dapat mendorong inovasi dan meningkatkan daya saing nasional dalam ekonomi digital global. Namun, jika tidak dipersiapkan dengan matang, bisa saja tujuan mulia ini terhalang oleh berbagai kendala seperti kesenjangan antara pasokan dan permintaan serta potensi dampak negatif terhadap lingkungan.
Oleh karena itu, kajian mendalam yang disarankan Heru menjadi langkah awal yang krusial dari berbagai stakeholder, mulai dari pemerintah hingga pihak swasta. Mereka perlu bersinergi untuk merumuskan langkah-langkah strategis dalam pengembangan pusat data AI, demi mencapai visi pembangunan yang berkelanjutan dan berbasis teknologi. Keberhasilan proyek ini akan sangat bergantung pada kesesuaian kebutuhan dan kesiapan infrastruktur, serta partisipasi aktif dari semua pihak terkait.