
JAKARTA – Perkembangan pesat teknologi artificial intelligence (AI) saat ini menandai masuknya dunia ke era digitalisasi yang baru. Menurut penelitian terbaru dari Accenture, AI tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga berfungsi sebagai mitra strategis dalam pengembangan teknologi di berbagai sektor organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap kinerja AI menjadi unsur kunci agar teknologi ini dapat memenuhi potensi maksimalnya.
Accenture Technology Vision 2025 mencatat bahwa penyebaran AI terjadi dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan teknologi lainnya. Sekitar 65% eksekutif di Indonesia merasakan urgensi untuk menciptakan kembali serta merancang sistem teknologi yang ada. “AI akan berperan sebagai penggerak inovasi, brand ambassador pribadi, dan menjalankan fungsi lain yang menjalin simbiosis dengan manusia,” jelas Country Managing Director Accenture Indonesia, Jayant Bhargava.
Kepercayaan merupakan atribut penting bagi masyarakat agar dapat memanfaatkan AI secara efektif. Sebanyak 58% eksekutif tinjau percaya bahwa manfaat AI yang sesungguhnya hanya dapat dicapai jika kepercayaan dibangun sebagai fondasi. Pada saat yang sama, 76% eksekutif setuju bahwa strategi berbasis kepercayaan terhadap teknologi perlu berkembang seimbang dengan strategi teknologi lainnya.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kepercayaan akan AI dan penerimaannya di masyarakat, di antaranya:
1. Akurasi dan Prediktabilitas: Kepercayaan akan sistem digital dan model AI harus ditopang dengan hasil yang akurat dan dapat diprediksi.
2. Penggunaan yang Bertanggung Jawab: Komitmen terhadap penggunaan AI secara etis dan efektif menjadi penentu keberhasilan implementasi teknologi ini.
3. Ciptakan Pengalaman Pelanggan: Memaksimalkan interaksi antara brand dan pelanggan melalui pengalaman yang dipersonifikasikan dengan AI.
Dalam konteks interaksi manusia dan AI, hubungan yang saling menguntungkan tercipta. Semakin banyak orang menggunakan AI, semakin AI dapat belajar dan meningkat, dan sebaliknya, minat penggunaan AI juga semakin meningkat seiring dengan efektivitasnya. Era baru ini berbeda dengan otomatisasi konvensional, karena AI dapat meningkatkan kemampuannya seiring waktu.
Data menunjukkan bahwa prioritas utama (80%) para pemimpin global adalah membangun hubungan positif antara manusia dan AI. Langkah awal yang disarankan adalah mengomunikasikan strategi dan melibatkan karyawan dalam proses adopsi teknologi. “Perusahaan di Indonesia harus memprioritaskan kepercayaan, transparansi, dan kontrol yang ketat dalam penerapan AI,” ungkap Bhargava.
Pengembangan SDM menjadi hal penting dalam strategi ini. Organisasi bisa mengedukasi karyawan untuk beradaptasi dengan penggunaan alat AI generatif. Penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang terbiasa dengan penggunaan AI generatif cenderung memiliki pandangan positif terhadapnya, lima kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak terbiasa.
Dari sudut pandang implementasi teknologi, investasi dalam pelatihan karyawan dan menciptakan budaya kolaborasi dengan AI sangatlah penting. Ini akan memastikan bahwa AI yang diterapkan selaras dengan tujuan bisnis dan memberdayakan tenaga kerja. Perusahaan perlu membangun sistem tata kelola yang baik, memantau akses data, serta menjamin pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Sebagai kesimpulan, pengembangan AI di Indonesia tidak hanya menjanjikan inovasi bisnis tetapi juga potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih besar. Dengan memanfaatkan peluang ini secara bertanggung jawab, serta menanamkan nilai kepercayaan di lingkungan kerja, perusahaan-perusahaan di Indonesia berpeluang besar untuk menavigasi kompleksitas adopsi AI dan menciptakan hubungan harmonis antara kemampuan manusia dan mesin.