Anggota DPR AS, Al Green, mengalami insiden yang menghebohkan saat mengganggu pidato Presiden Donald Trump di ruang sidang pada malam tanggal 4 Maret 2025. Kejadian ini terjadi saat Trump memulai pidatonya di hadapan Kongres, memicu reaksi keras dari anggota DPR lainnya dan Ketua DPR, Mike Johnson.
Green, yang dikenal sebagai salah satu tokoh yang gigih mendukung pemakzulan Trump sejak masa jabatannya yang pertama, berdiri dan mengecam presiden dengan menggerakkan tongkatnya ke arah Trump. Aksi provokatif ini memicu kekacauan di ruang sidang. Sejumlah anggota DPR lainnya bersorak dan mencemooh Green, memperkeruh situasi saat Trump mencoba melanjutkan pidatonya. Johnson dengan cepat menegur para anggota untuk menjaga kesopanan di DPR dan meminta agar gangguan segera dihentikan.
“Anggota diarahkan untuk menegakkan dan menjaga kesopanan di DPR dan menghentikan gangguan lebih lanjut,” ungkap Johnson dengan suara lantang, yang ditujukan langsung kepada Green. Namun, meskipun menerima teguran, Green tetap menolak untuk duduk, yang akhirnya mendorong Johnson meminta sersan bersenjata DPR untuk mengeluarkannya dari ruang sidang.
Kejadian ini disertai dengan teriakan dari anggota Partai Republik, “Nah nah nah nah, selamat tinggal,” saat Green dikawal keluar dari ruangan. di luar, ia memberikan pernyataan yang menekankan posisi moralnya. “Sebagai orang yang berhati nurani, saya yakin Trump telah melakukan hal-hal yang tidak dapat dibiarkan terus menerus,” ujarnya. Green menyoroti dampak kebijakan Trump yang dapat menyebabkan pemotongan pada Medicaid dan menyebutkan bahwa klaim Trump tentang mandat kepresidenan tidaklah benar.
Protes tidak hanya terbatas pada tindakan Green. Ruang sidang juga dihiasi dengan berbagai ekspresi ketidakpuasan dari kelompok-kelompok lain. Anggota Kaukus Perempuan Demokrat mengenakan pakaian merah muda untuk mengekspresikan keberatan mereka terhadap kebijakan Trump yang dianggap merugikan perempuan dan keluarga. Selain itu, banyak anggota Demokrat lainnya terlihat mengenakan dasi biru dan kuning, sebagai dukungan terhadap Ukraina, beberapa hari setelah ketegangan antara Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Tindakan protes juga meluas pada stiker yang menuduh pengusaha Elon Musk “mencuri Jaminan Sosial.” Berbagai pakaian dan aksesoris tersebut menciptakan suasana yang mencolok di ruang sidang yang seharusnya serius. Momen ini menunjukkan bahwa ketegangan politik yang ada antara Partai Demokrat dan Partai Republik tetap tinggi, terutama menjelang pemilihan mendatang.
Insiden ini kembali mengingatkan bahwa dalam politik AS, perdebatan dan pertikaian adalah hal yang biasa terjadi, terutama saat isu-isu penting dirundingkan di ruang sidang DPR. Keributan yang ditimbulkan oleh protes Green akan menjadi salah satu bagian dari sejarah politik AS yang mencerminkan polaritas yang kian meningkat di antara partai-partai politik, khususnya terkait dengan kebijakan dan tindakan yang diambil oleh Presiden Trump.
Kejadian ini menandai salah satu momen dramatis dalam sejarah politik kontemporer AS, yang menunjukkan bagaimana suara-suara dissent dapat memicu reaksi ekstrem di tingkat pemerintahan. Reaksi dan kontroversi seputar pidato ini kelihatannya tidak akan segera mereda, seperti halnya ketegangan yang menyelimuti Kongres mendatang. Dengan demikian, protes Al Green tidak hanya merupakan bentuk ketidaksetujuan terhadap kebijakan Trump, tetapi juga cerminan dari iklim politik yang semakin memanas di Negeri Paman Sam.