
Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengungkapkan ambisinya untuk mengubah Gaza menjadi area real estate yang besar. Dalam wawancara dengan Bret Baier dari Fox News, Trump menyatakan bahwa ia berencana untuk "memiliki" Gaza dan menjadikannya sebagai lokasi pengembangan yang menarik di masa depan. "Anggap saja ini sebagai pengembangan real estat untuk masa depan. Ini akan menjadi sebidang tanah yang indah," ungkapnya pada 11 Februari 2025.
Keinginan Trump untuk mengambil alih Gaza mencuat setelah pertemuan kontroversialnya dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Pertemuan ini memicu kemarahan negara-negara Arab dan menimbulkan kekhawatiran terkait potensi ketegangan yang akan muncul akibat rencana tersebut. Melalui pernyataannya, Trump membayangkan Gaza sebagai "Riviera di Timur Tengah" dan berambisi untuk menjadikannya sebagai lokasi yang penuh dengan properti mewah.
Terdapat beberapa alasan mendasar yang mendorong Trump untuk merealisasikan rencana ambisius ini:
Kembangkan "Properti Tepi Laut" di Gaza
Trump, yang memiliki latar belakang sebagai pengembang properti, melihat potensi ekonomi yang signifikan di wilayah Gaza. Keputusan untuk mengembangkan properti tepi laut di Gaza dianggap sebagai langkah strategis karena lokasinya yang menghadap ke Laut Mediterania. Menantu Trump, Jared Kushner, yang juga merupakan penasihat senior, menyoroti nilai dari properti tepi laut yang dapat dikembangkan. Dalam sebuah wawancara di Universitas Harvard pada 15 Februari 2024, Kushner menyatakan, "Properti tepi laut Gaza bisa sangat berharga jika masyarakat fokus pada membangun mata pencaharian." Pembangunan infrastruktur modern, properti tepi laut, dan fasilitas pariwisata diharapkan dapat menarik investor dan menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk setempat.Stabilitas Regional
Melalui pengembangan ekonomi di Gaza, Trump berharap dapat membawa stabilitas di kawasan tersebut. Ia melihat bahwa penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kualitas hidup dapat mendorong pengurangan ketegangan dan konflik yang telah lama terjadi di wilayah itu. Menurut Trump, dengan adanya kegiatan ekonomi yang stabil, situasi keamanan di kawasan Timur Tengah dapat terjaga dengan lebih baik.- Pemindahan Penduduk Palestina
Rencana ambisius Trump ini juga mencakup ide kontroversial untuk memindahkan sekitar 2 juta penduduk Palestina dari Gaza ke negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania. Trump berargumentasi bahwa langkah ini akan memungkinkan proses pembangunan kembali Gaza tanpa hambatan. Namun, rencana ini telah menuai kritik tajam dari berbagai pihak, karena dianggap sebagai bentuk pembersihan etnis dan melanggar hukum internasional.
Pernyataan dan rencana Trump mengenai Gaza jelas memicu reaksi yang beragam, baik dari dalam negeri maupun dunia internasional. Para pemimpin negara-negara Arab mengecam rencana tersebut sebagai ancaman terhadap hak-hak Palestina dan menunjukkan kekhawatiran tentang dampak sosial serta politik dari tindakan tersebut.
Dari kacamata Trump, proyeksi akan menjadikan Gaza sebagai pusat real estate yang megah sangat berhubungan dengan pandangan pragmatisnya mengenai pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Namun, besar harapan dan ambisi ini bertemu dengan realita kompleksitas konflik yang telah berakar di kawasan tersebut. Dengan ketidakpastian yang ada, masa depan Gaza sebagai lokasi real estate terbelenggu oleh tantangan besar yang harus dihadapi. Rencana ambisius Trump tidak hanya mengundang kritik, tetapi juga membuka diskusi lebih luas tentang kesetaraan, hak asasi manusia, dan masa depan penduduk Palestina di tanah yang penuh sejarah ini.