Sains

Amerika Pimpin Polusi Udara Berbahaya, Indonesia di Posisi 155

Amerika Serikat telah ditetapkan sebagai negara dengan tingkat polusi udara yang paling merugikan kesehatan di dunia menurut penelitian terbaru oleh Healthnews, yang mencakup 175 negara. Penelitian ini mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi kerentanan kesehatan masyarakat terhadap polusi udara. Dengan hasil yang mengejutkan, Amerika Serikat menghuni posisi teratas, sementara Indonesia berada jauh di posisi 155.

Penelitian ini menunjukkan bahwa peringkat negara-negara dalam indeks polusi udara sangat beragam. Amerika Serikat, meskipun dikenal sebagai salah satu negara maju, ternyata menghadapi tantangan signifikan terkait kualitas udara. Dalam laporan tersebut, dicatat bahwa prevalensi penyakit jantung dan gangguan pernapasan, serta faktor sosial ekonomi memainkan peranan penting dalam menentukan kerentanan terhadap dampak polusi udara.

Negara-negara yang masuk dalam daftar 10 besar untuk kerentanan polusi udara sering kali terpengaruh oleh kondisi yang lebih mendalam seperti konflik dan perang. Misalnya, Lebanon mengalami keruntuhan ekonomi yang berujung pada krisis listrik, memicu peningkatan pemakaian generator diesel yang mencemari udara. Situasi yang serupa terjadi di Suriah, di mana perang saudara yang berkepanjangan meningkatkan risiko kesehatan masyarakat akibat polusi.

Dalam konteks global, berikut adalah daftar beberapa faktor yang memengaruhi polusi udara di negara-negara yang rentan:

  1. Perang dan Konflik: Situasi ini merusak infrastruktur layanan kesehatan, sehingga memperburuk dampak polusi udara.
  2. Krisis Ekonomi: Negara yang mengalami kesulitan ekonomi cenderung menggunakan sumber daya energi yang lebih murah dan lebih tercemar, seperti generator diesel.
  3. Kebiasaan Lokal: Di Yaman, mengunyah daun khat menjadi kebiasaan yang meningkatkan risiko penyakit jantung.
  4. Penggunaan Bahan Bakar Biomassa: Di Madagaskar, lebih dari 95% rumah tangga masih bergantung pada bahan bakar biomassa, yang berpotensi meningkatkan risiko penyakit pernapasan.

Meskipun Indonesia tidak masuk dalam kategori negara dengan polusi udara yang sangat berbahaya, tetap saja permasalahan kualitas udara di tanah air harus menjadi perhatian. Jakarta, contohnya, sering terlilit masalah polusi, terlihat dari kabut tebal yang menyelimuti gedung bertingkat pada beberapa kesempatan, serta laporan mengenai kualitas udara yang tidak sehat di Jakarta dan sekitarnya.

Sebuah laporan dari aplikasi penyedia data kualitas udara, Nafas Indonesia, menyampaikan bahwa hampir semua wilayah di Jabodetabek dan Kepulauan Seribu mencatat kualitas udara tidak sehat. Data ini menunjukkan bahwa walaupun secara internasional Indonesia berada di posisi 155, tantangan polusi udara dalam konteks lokal tetap signifikan dan memerlukan langkah-langkah mitigasi yang efektif.

Penting untuk dicatat bahwa penelitian Healthnews tidak hanya fokus pada data statistik semata. Hal ini juga memperhitungkan kondisi kesehatan masyarakat, yang menunjukkan pentingnya pendekatan yang holistik dalam menangani masalah polusi udara. Indonesia, dengan posisi 155, memberikan indikasi bahwa negara ini memiliki waktu dan ruang untuk meningkatkan kualitas udara demi kesehatan masyarakat.

Ke depan, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai sektor industri diperlukan untuk mengatasi masalah kualitas udara, termasuk dengan mengedukasi masyarakat tentang bahaya polusi serta mendorong penggunaan energi bersih. Meski Indonesia berada di posisi yang lebih baik dibandingkan beberapa negara lainnya, tantangan polusi udara di dalam negeri tetap memerlukan perhatian serius. Upaya berkelanjutan harus dilakukan agar masyarakat bisa menikmati udara yang lebih bersih dan sehat.

Maya Putri

Maya Putri adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button