
Sejumlah anak-anak tampak ceria dan bebas berlarian, asyik berenang di tengah banjir setinggi tiga meter yang melanda Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Fenomena ini terjadi pada hari Selasa, 4 Maret 2023, di mana mereka seolah mengabaikan risiko kesehatan dan dampak lingkungan dari peristiwa yang dialami. "Seru banget bisa berenang," ungkap Rizky, salah satu anak yang terlihat menikmati momen tersebut.
Banjir yang melanda daerah ini tidak hanya membuat jalan raya berubah menjadi area bermain bagi anak-anak, tetapi juga menyebabkan sejumlah rumah terendam. Di tepi jalan, para orang tua mengawasi anak-anak yang asyik bermain sambil sesekali berusaha menenangkan mereka yang lebih kecil, yang hanya dapat melihat dari tepi air. Sementara itu, di lokasi yang lebih aman, anak-anak lainnya memilih untuk bermain air di area yang tidak terendam.
Data menunjukkan bahwa banjir di kawasan Rawajati ini tidak kunjung surut sejak Senin, 3 Maret 2023. Berdasarkan pantauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, hingga pukul 09.00 WIB, terdapat tujuh Rukun Tetangga (RT) yang terendam dengan ketinggian air antara 170 hingga 330 cm. Semua ini disebabkan oleh meluapnya air dari Kali Ciliwung, yang merupakan salah satu sungai utama di Jakarta.
Dalam situasi darurat ini, sejumlah petugas dari Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Selatan dikerahkan untuk membantu warga. Mereka mengerahkan perahu karet untuk melakukan evakuasi terhadap warga yang masih terjebak di dalam rumah mereka. Banyak di antara mereka yang memilih untuk mengungsi ke rumah-rumah terdekat sambil mencari perawatan di Puskesmas Rawajati akibat dampak banjir.
Banjir ini mengingatkan pada beberapa faktor penyebab yang sering menyertai musibah serupa di Jakarta, antara lain:
Curah hujan yang tinggi: Hujan lebat dalam cuaca yang tidak menentu sering kali menjadi pemicu utama terjadinya banjir.
Sistem drainase yang tidak memadai: Banyak infrastruktur pengelolaan air di Jakarta yang sudah usang dan tidak dapat menampung volume air hujan yang tinggi.
Konversi lahan: Perubahan penggunaan lahan dari lahan terbuka menjadi lahan terbangun menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap air, sehingga air mengalir ke pemukiman.
- Meluasnya wilayah permukiman: Urbanisasi yang pesat di Jakarta menyebabkan meningkatnya jumlah rumah yang dibangun di daerah rawan banjir.
Meskipun banjir memunculkan tantangan serius bagi masyarakat, peristiwa tersebut menunjukkan sikap resilien dan rasa bermain yang tetap ada pada anak-anak. Dengan menggunakan alat pelampung dan helm, mereka tampak tidak peduli terhadap kondisi sekitar dan lebih fokus pada kesenangan yang mereka rasakan.
Namun, penting untuk menyadari bahwa larangan untuk bermain di area berbahaya seperti ini juga sangat penting. Banjir tidak hanya berpotensi membahayakan kesehatan anak, tetapi juga dapat menimbulkan risiko tertular penyakit. Oleh karena itu, para orang tua dan otoritas setempat perlu bekerja sama untuk mengawasi anak-anak dan memberikan petunjuk aman selama musim banjir.
Peristiwa banjir di Rawajati ini tentunya menjadi pengingat bagi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun individu untuk lebih bersiap menghadapi kondisi cuaca ekstrem dan meningkatkan mitigasi bencana di masa mendatang. Dampak banjir tidak hanya sekadar masalah saat ini, tetapi juga memengaruhi masa depan anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang rentan terhadap bencana.