
Pesatnya perkembangan teknologi Generative AI (GenAI) telah membawa transformasi di berbagai sektor industri. Namun, hal ini juga memicu kekhawatiran besar mengenai keamanan data serta privasi pengguna. Sebuah laporan dari NTT Data Indonesia menunjukkan bahwa meskipun 45% Chief Information Security Officers (CISO) merasakan ancaman ini, hanya 19% eksekutif yang menunjukkan kekhawatiran serupa. Hal ini mengindikasikan adanya kesenjangan dalam persepsi risiko yang dihadapi organisasi dalam mengadopsi teknologi GenAI.
Salah satu tantangan utama dalam implementasi GenAI adalah ketidaktransparanan model yang sering kali beroperasi sebagai "black box". Proses pengambilan keputusan yang tidak jelas dapat menyebabkan risiko manipulasi data dan kesalahan informasi yang dikenal sebagai hallucinations. Dampaknya, dapat merugikan kepercayaan dan validitas data yang dihasilkan oleh sistem GenAI. Selain itu, ancaman lain seperti deepfake dan penyebaran misinformasi menjadi perhatian serius. Lebih dari 80% responden dalam laporan NTT Data mengungkapkan bahwa regulasi terkait GenAI belum cukup jelas, menghambat investasi dan inovasi lebih lanjut.
Risiko kebocoran data juga meningkat dengan ketergantungan banyak organisasi pada layanan cloud publik. Meskipun cloud menawarkan fleksibilitas, jika tidak dikelola dengan baik, risiko tersebut dapat berujung pada kebocoran data sensitif. Oleh karena itu, memiliki strategi tata kelola data yang kuat kini menjadi lebih krusial dari sebelumnya.
Untuk mengatasi masalah ini, laporan NTT Data merekomendasikan beberapa langkah strategis yang dapat diterapkan oleh organisasi demi memastikan implementasi GenAI yang aman dan efektif:
Strategi dan Transformasi: GenAI harus terintegrasi dengan strategi bisnis dan tidak hanya dianggap sebagai proyek teknologi. Menurut laporan, 51% organisasi belum selaras antara strategi GenAI dan tujuan bisnis mereka. Perusahaan perlu mengidentifikasi area yang berpotensi dioptimalkan dan mengadopsi pendekatan berbasis eksperimen pada tahap awal.
Infrastruktur Teknologi: Keberhasilan GenAI sangat bergantung pada ekosistem teknologi yang handal. Sekitar 90% eksekutif menyatakan infrastruktur lama menghambat pemanfaatan GenAI. Penggunaan cloud computing yang tepat, disertai penguatan keamanan data melalui enkripsi dan autentikasi multi-faktor menjadi fundamental dalam membangun sistem yang efisien.
Sumber Daya Manusia dan Budaya Organisasi: Tantangan utama lain adalah kurangnya keterampilan di kalangan tenaga kerja. Sekitar 67% eksekutif melaporkan bahwa karyawan mereka belum siap menggunakan GenAI. Oleh karena itu, investasi dalam pelatihan serta penciptaan budaya kerja yang mendukung kolaborasi antara manusia dan AI adalah kunci untuk meningkatkan produktivitas tanpa menciptakan rasa ketakutan di kalangan pekerja.
- Etika, Keamanan, dan Keberlanjutan: Dengan lebih dari 89% eksekutif khawatir mengenai risiko keamanan GenAI, termasuk masalah misinformasi dan penyalahgunaan data, penting bagi organisasi untuk melakukan audit berkala. Memastikan transparansi model AI dan menerapkan prinsip keberlanjutan dalam penggunaan daya komputasi AI menjadi langkah kritis untuk mengurangi dampak lingkungan.
Keamanan siber dan tata kelola data harus menjadi prioritas utama bagi setiap organisasi yang mengadopsi GenAI. Meskipun tantangan dan ancaman tetap ada, langkah-langkah strategis yang tepat akan memungkinkan organisasi untuk memitigasi risiko, memastikan pemanfaatan GenAI yang bertanggung jawab, dan mendorong perkembangan teknologi yang lebih aman ke depan. Dalam menghadapi era digital ini, serangkaian upaya perlindungan yang komprehensif akan sangat menentukan masa depan penggunaan teknologi canggih ini di berbagai sektor industri.