
Apple dikabarkan mengambil langkah strategis dengan menimbun stok iPhone dan Mac di Amerika Serikat (AS) sebagai antisipasi terhadap tarif yang diusulkan oleh mantan Presiden Donald Trump. Mark Gurman, jurnalis dari Bloomberg, melaporkan bahwa tindakan ini bertujuan untuk menunda kenaikan harga iPhone hingga peluncuran seri iPhone 17 pada bulan September mendatang.
Dalam upaya mengamankan pasokannya, Apple telah menyewa pesawat kargo untuk mengangkut sekitar 600 ton iPhone—setara dengan 1,5 juta unit ponsel—dari India ke AS. Pengiriman ini merupakan bagian dari strategi untuk membangun kestabilan pasar, terutama di tengah ancaman tarif yang bisa mencapai 26% atas barang-barang dari India, yang saat ini ditangguhkan selama tiga bulan. Namun, tarif yang dikenakan terhadap barang dari China—di mana Apple merakit sebagian besar produknya—akan meningkat signifikan, mencapai 145%.
Apple berencana untuk meningkatkan produksi di pabriknya di India hingga 20%. Untuk mencapai target ini, perusahaan akan menambah jumlah pekerja dan memperpanjang jam kerja di pabrik Foxconn terbesar di Chennai hingga hari Minggu. Tahun lalu, pabrik Chennai mampu memproduksi sekitar 20 juta iPhone, termasuk model iPhone 15 dan 16 terbaru. Sekarang, Apple memiliki tiga pabrik di India yang dioperasikan oleh Foxconn dan Tata.
Pengiriman iPhone ke AS menggunakan jet kargo sebanyak enam kali dengan kapasitas masing-masing 100 ton, dimulai sejak bulan Maret lalu, tepat pada saat tarif baru diberlakukan. Sampai saat ini, baik Apple maupun kementerian penerbangan India belum memberikan komentar resmi terkait langkah ini.
Berdasarkan laporan Counterpoint Research, Apple telah menjual lebih dari 220 juta iPhone di seluruh dunia dalam satu tahun terakhir, dengan sekitar 20% dari total impor iPhone ke AS kini berasal dari India, sementara sisanya berasal dari China. The Wall Street Journal juga mengungkapkan bahwa Apple berencana untuk meningkatkan pengiriman iPhone dari India ke AS sebagai langkah “solusi sementara” sambil berusaha untuk mendapatkan pengecualian dari tarif yang berlaku di China.
Analis dari Bank of America, Wamsi Mohan, memperkirakan bahwa jika seluruh iPhone yang diproduksi di India dialihkan ke AS, maka jumlahnya dapat mencapai 50% dari total permintaan di Amerika tahun ini. Namun, pindahnya produksi iPhone ke AS akan menghadapi tantangan besar terkait biaya yang tinggi, termasuk gaji untuk ratusan ribu pekerja.
Dalam skenario terburuk, analis dari Wedbush Securities memperkirakan bahwa iPhone yang diproduksi di AS akan dijual dengan harga US$3.500, sebagai dampak dari penerapan tarif Trump. Ini menciptakan kekhawatiran bahwa peningkatan biaya ini dapat mempengaruhi daya beli konsumen dan akhirnya berimbas pada penjualan Apple di pasar yang sangat kompetitif.
Dengan semua strategi ini, Apple menunjukkan ketelitian dalam merencanakan langkah-langkahnya untuk menghindari dampak yang lebih besar dari kenaikan tarif yang mungkin berlaku. Langkah proaktif dalam membangun stok di AS dan memproduksi lebih banyak di India dapat membantu perusahaan menjaga posisinya di pasar, sekaligus mempersiapkan diri untuk potensi perubahan kebijakan perdagangan di masa depan.