Dunia

AS dan Israel Dituduh Munafik: Ancam Perang Lagi di Gaza!

Yerusalem – Ketegangan kembali meningkat di Gaza setelah serangan yang dilancarkan oleh Israel menewaskan puluhan warga sipil dalam beberapa hari terakhir. Situasi ini ditandai dengan pernyataan sejumlah pejabat tinggi Amerika Serikat dan Israel yang memperingatkan akan kemungkinan terjadinya perang lebih lanjut, meski banyak pihak menganggap tindakan tersebut sebagai bentuk kemunafikan. Jad Isaac, direktur Applied Research Institute di Yerusalem, menilai bahwa ancaman yang disampaikan oleh pejabat AS dan Israel menunjukkan inkonsistensi dalam menerapkan kesepakatan yang telah disepakati.

Dalam pandangannya, Israel dihadapkan pada sebuah opsi yang cukup sederhana: mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. “Sebutlah 600 truk bantuan setiap hari, agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan, tempat tinggal, air, dan bahan bakar,” ungkap Isaac. Namun sayangnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampaknya enggan melanjutkan gencatan senjata yang telah dimulai, dan lebih memilih untuk memperpanjang fase pertama negosiasi.

Ketegangan yang terakumulasi ini tidak lepas dari pengumuman Hamas yang menyatakan siap membebaskan tawanan jika Israel memenuhi perjanjian yang ada. Hal ini menambah kompleksitas dalam situasi yang telah lama bergejolak di kawasan tersebut. Isaac menilai, tindakan Israel yang tidak menepati komitmen telah mengundang reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk dari komunitas internasional.

Data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan di Gaza menunjukkan bahwa serangan yang terus berlangsung telah mengakibatkan jumlah korban jiwa tang mencapai 48.239 orang, dengan lebih dari 111.676 orang lainnya mengalami luka-luka. “Dalam 24 jam terakhir, tiga warga Palestina tewas dan 14 jenazah lain ditemukan di reruntuhan,” kata Kementerian Kesehatan. Tim ambulans bersama dengan kru pertahanan sipil terus berupaya menjangkau korban yang tertimbun, meski kondisi infrastruktur di Gaza sangat memprihatinkan.

Sementara itu, kritik terhadap AS dan Israel semakin menguat, terutama mengenai ketidakmampuan mereka untuk menerapkan solusi yang efektif untuk menghentikan gelombang kekerasan. Beberapa analis politik mengungkapkan bahwa pernyataan yang dikeluarkan oleh AS, termasuk oleh Mantan Presiden Donald Trump dan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, tidak mencerminkan realita di lapangan. Mereka dianggap tidak cukup mengambil langkah konkret dalam memperbaiki kondisi kemanusiaan di Gaza yang semakin memburuk.

Berbagai kelompok internasional mengajak AS untuk lebih produktif dalam mendukung dialog damai yang dapat mengakhiri konflik ini. Namun, tindakan dan kebijakan yang diambil selama ini justru mengesankan bahwa kedua negara tersebut terjebak dalam siklus kemunafikan, di mana mereka mengancam sementara tidak bertindak atas masalah inti yang ada. Berbagai organisasi non-pemerintah juga memanggil agar akses bantuan kemanusiaan ditingkatkan, serta menuntut pemerintah untuk menghentikan serangan yang mengakibatkan korban sipil.

Secara keseluruhan, situasi di Gaza menunjukkan bahwa meskipun ada ancaman dari AS dan Israel, esensi dari rezim yang dijalankan tidak mencerminkan komitmen mereka dalam menghentikan kekerasan. Dengan lonjakan jumlah korban yang terus meningkat dan kelangkaan bantuan, masa depan Gaza masih dirundung ketidakpastian, sementara upaya perdamaian tampaknya masih jauh untuk dicapai. Ketegangan ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih manusiawi dan penyelesaian yang komprehensif guna menghindari perang yang lebih besar di wilayah tersebut.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button