
Amerika Serikat telah bersumpah untuk melanjutkan serangan terhadap kelompok Houthi di Yaman hingga mereka menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menegaskan komitmen ini dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada Minggu (16/3). “Ini bukan aksi semalam saja. Serangan ini akan terus berlanjut sampai mereka mengatakan, ‘Kami berhenti menembaki kapal. Kami berhenti menyerang aset’,” ujarnya.
Pernyataan Hegseth ini muncul setelah serangan udara AS yang menewaskan sedikitnya 31 orang, dan sebagai tanggapan terhadap ancaman kelompok Houthi yang menyerang kapal-kapal di Laut Merah dengan rudal dan drone. Presiden Donald Trump sebelumnya juga telah memberikan peringatan keras bahwa konsekuensi serius akan dihadapi jika serangan terhadap kapal-kapal terus berlanjut. “Neraka akan menghujani mereka,” tegasnya.
Dalam konteks konfrontasi ini, Hegseth menekankan bahwa tujuan Amerika Serikat adalah untuk mengembalikan kebebasan navigasi di jalur perairan yang strategis tersebut. “Kami tidak menginginkan perang berkepanjangan yang terbatas di Timur Tengah. Kami juga tidak peduli dengan apa yang terjadi dalam perang saudara di Yaman,” jelasnya. Menurutnya, langkah ini merupakan upaya untuk melindungi kepentingan nasional Amerika Serikat di wilayah yang krusial bagi perdagangan global.
Tuduhan terhadap Iran juga mencuat, di mana Hegseth menyebut bahwa negara tersebut telah memberikan dukungan berlebihan kepada kelompok Houthi. “Mereka sebaiknya mundur,” imbuhnya, menandakan bahwa keterlibatan Iran dalam konflik ini patut dicatat sebagai faktor pemicu ketegangan.
Dari pihak Houthi, juru bicara mereka, Yahya Saree, menyatakan bahwa kelompok tersebut telah meluncurkan serangan balik yang menargetkan kapal induk USS Harry S Truman dan kapal-kapal perang pendukungnya. Saree mengklaim bahwa pasukan Houthi berhasil melakukan operasi militer yang berkualitas tinggi dengan menggunakan 18 rudal balistik dan beberapa drone. Dia menegaskan komitmen kelompoknya untuk melanjutkan serangan terhadap aset-aset angkatan laut AS di Laut Merah dan Laut Arab, sebagai langkah balasan terhadap serangan udara yang dilancarkan oleh AS.
Iran, dalam tanggapannya, menekankan bahwa keputusan yang diambil oleh Houthi adalah keputusan independen. “Yaman adalah negara merdeka dengan kebijakan sendiri. Rakyat Yaman memiliki kebijakan nasional mereka sendiri. Houthi sebagai perwakilan rakyat Yaman membuat keputusan strategis dan operasional mereka sendiri,” kata seorang komandan dari Korps Garda Revolusi Iran.
Sejak akhir tahun 2023, Houthi telah melancarkan serangan terhadap kapal-kapal terkait Israel di Laut Merah, yang berdampak pada gangguan perdagangan global. Meskipun sempat menghentikan serangan mereka setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada Januari, kelompok ini kembali mengancam akan melanjutkan aksi jika blokade bantuan ke Gaza terus berlangsung.
Serangan-serangan ini, beserta jawaban keras dari pihak AS, menunjukkan bagaimana konflik di Yaman bisa memiliki dampak lebih jauh, termasuk memengaruhi jalur perdagangan yang vital di Laut Merah. Berbagai pihak kini mengawasi situasi ini dengan penuh perhatian, mengingat potensi ketegangan yang dapat meluas ke konflik yang lebih besar. Respons internasional terhadap perkembangan ini akan sangat penting, mengingat dampak dari ketegangan ini tidak hanya dirasakan oleh negara-negara yang terlibat, tetapi juga oleh komunitas global secara lebih luas.