Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) memberikan dampak signifikan dalam upaya melawan penipuan di sektor layanan publik. Dengan meningkatnya usaha penipuan yang menargetkan berbagai sektor, pengintegrasian teknologi AI menjadi metode yang efektif untuk memperkuat sistem keamanan dan melindungi masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, lembaga pemerintah dan perusahaan telah beralih ke solusi berbasis AI untuk mendeteksi dan mencegah penipuan dengan lebih efisien.
Data terbaru menunjukkan bahwa pada tahun 2023, sekitar 550 juta panggilan penipuan terjadi setiap minggu di seluruh dunia. Interpol memperkirakan bahwa penipu mencuri sekitar USD 1 triliun dari korban mereka. Di Amerika Serikat, satu dari empat panggilan yang tidak terdaftar seringkali teridentifikasi sebagai dugaan spam. Ini menunjukkan seberapa mendesaknya masalah ini dan pentingnya respon cepat dari sektor layanan publik.
Metode deteksi penipuan tradisional yang digunakan sebelumnya, seperti sistem berbasis aturan dan pemodelan statistik, mulai menunjukkan kelemahan ketika menghadapi volume penipuan yang terus meningkat. Kelemahan tersebut termasuk tingkat positif palsu yang tinggi dan ketidakmampuan untuk memproses data dalam skala besar dengan cepat. Di sinilah AI memberikan solusi. Teknologi ini mampu menganalisis data transaksi dalam jumlah besar secara efisien, mengenali pola penipuan, serta mengidentifikasi perilaku yang mencurigakan dalam sekejap.
Ada beberapa cara bagaimana AI digunakan untuk membendung penipuan di sektor layanan publik:
Analisis Data Besar: AI dapat menganalisis dan mengelola data transaksi yang sangat besar dengan lebih cepat dan akurat. Sistem ini mampu menangkap pola perilaku yang tidak biasa, bahkan yang mungkin terlewatkan oleh metode tradisional.
Deteksi Bias Real-Time: Dengan pemantauan yang dilakukan secara real-time, sistem AI dapat segera merespons tindakan mencurigakan, yang memungkinkan intervensi sebelum penipuan terjadi.
Mengurangi Positif Palsu: Berkat data berkualitas yang digunakan untuk memberikan konteks transaksi, AI dapat membantu mengurangi jumlah positif palsu, yang sering kali menyulitkan lembaga dalam membedakan antara transaksi yang sah dan yang berpotensi penipuan.
- Skala dan Efisiensi: Infrastruktur AI memberikan kemampuan untuk skala yang lebih baik, memungkinkan sistem menangani jaringan data besar yang diperlukan untuk deteksi penipuan secara real-time tanpa mengorbankan kecepatan.
Lembaga keuangan di seluruh dunia telah mengadopsi teknologi AI dengan menunjukkan hasil yang menggembirakan. Misalnya, BNY Mellon melaporkan peningkatan akurasi deteksi penipuan sebesar 20% setelah mengimplementasikan sistem dari NVIDIA. PayPal juga melaporkan peningkatan deteksi penipuan sebesar 10% dalam waktu nyata, dengan pengurangan besar dalam kapasitas server yang diperlukan.
Di tingkat pemerintah, lembaga-lembaga seperti Departemen Keuangan AS memanfaatkan kemampuan AI untuk mengurangi penipuan cek dan memulihkan miliaran dolar yang hilang akibat penipuan. Internal Revenue Service (IRS) mengikuti jejak ini dengan menggunakan teknologi AI untuk mengatasi penipuan pajak yang diperkirakan mencapai USD 606 miliar.
Dalam sektor kesehatan, di mana penipuan juga menjadi masalah besar, AI dapat membantu perusahaan asuransi dalam mendeteksi klaim yang tidak biasa dan mengidentifikasi aktivitas berisiko. Dengan demikian, AI menawarkan potensi untuk memperbaiki efisiensi operasional sekaligus mengurangi kesalahan manusia.
Pendekatan inovatif yang diterapkan oleh lembaga dan perusahaan dalam menggunakan AI untuk mendeteksi penipuan menunjukkan bahwa teknologi ini bukan hanya sekadar alat, tetapi juga solusi strategis untuk permasalahan yang membutuhkan perhatian khusus. Kesadaran dan penerapan lebih lanjut dari teknologi ini diharapkan dapat mengurangi risiko kehilangan yang disebabkan oleh penipuan, serta memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap layanan publik.