Batu berbentuk anak panah yang ditemukan di permukaan Mars oleh wahana Perseverance menarik perhatian dunia ilmiah dengan dugaan bahwa batu ini menyimpan jejak kehidupan mikroba purba. Penemuan ini diumumkan oleh NASA pada bulan Juli tahun lalu dan semakin diperkuat oleh presentasi terbaru di Konferensi Ilmu Bulan dan Planet di Texas. Temuan ini menunjukkan potensi signifikan bahwa mikroba mungkin pernah mendiami Planet Merah miliaran tahun yang lalu, ketika keadaan di Mars jauh lebih basah daripada saat ini.
Batu lumpur yang dinamakan Cheyava Falls terletak di ujung lembah sungai purba yang dikenal sebagai Neretva Vallis. Menurut para peneliti, batu ini memiliki beberapa ciri menarik, termasuk bintik-bintik berwarna hitam, biru, dan kehijauan yang dijuluki “biji poppy,” serta puluhan noda berukuran milimeter dengan tepi gelap yang disebut “bintik macan tutul.” Penemuan ini menjadi salah satu bukti terbaik yang mengindikasikan aktivitas mikroba di Mars.
Para ilmuwan menggunakan instrumen Perseverance untuk menganalisis batu tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa batu yang memiliki kedua fitur bintik ini kaya akan zat besi, tetapi tingkat oksidasi dan kemerahannya bervariasi—ciri khas yang secara umum dikaitkan dengan aktivitas organik. Hal ini diungkapkan oleh Joel Hurowitz, wakil peneliti utama instrumen PIXL, yang mengatakan bahwa reaksi seperti ini biasanya disebabkan oleh respirasi materi organik yang dipicu oleh mikroba.
Dalam analisis lebih lanjut, tim peneliti juga menemukan urat kalsium sulfat yang membentang di dalam batu. Kelebihan ini menunjukkan bahwa air mungkin pernah mengalir melalui batu tersebut. Meskipun ada kemungkinan proses non-biologis yang bisa menjelaskan fitur ini, seperti paparan suhu tinggi dari aktivitas vulkanik, analisis menunjukkan bahwa batu tersebut tidak mengalami proses pemanasan yang ekstrem. Menurut Hurowitz, semua bukti menunjukkan bahwa proses yang terjadi berlangsung pada suhu rendah.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa saluran Neretva Vallis terbentuk jutaan tahun lalu saat air mengalir deras ke dalam kawah. Terdapat beberapa teori mengenai pembentukan batu Cheyava Falls. Salah satu teori menyatakan bahwa lumpur kaya senyawa organik terdeposit di lembah ini dan kemudian mengeras. Alternatif lainnya adalah air yang mengalir ke dalam batu setelah terbentuk, menciptakan fitur-fitur unik yang saat ini diamati.
Dengan misi Perseverance yang fokus pada pengumpulan sampel untuk dibawa kembali ke Bumi, keberadaan instumen pendeteksi kehidupan tidak tersedia pada wahana ini. Menurut Hurowitz, diperlukan lebih banyak studi laboratorium dan penelitian lapangan untuk menyelidiki fitur-fitur ini lebih mendalam. Proyek pengembalian sampel Mars, yang juga menghadapi tantangan biaya yang membengkak hingga US$11 miliar, memerlukan alokasi dana providently.
Mantan administrator NASA, Bill Nelson, mengumumkan bahwa dua opsi sedang dipertimbangkan untuk kembali membawa 30 tabung berisi sampel yang dikumpulkan Perseverance, termasuk Cheyava Falls, dengan rencana peluncuran sekitar tahun 2030. Pengembalian sampel tersebut berpotensi membawa penemuan baru tentang kehidupan di luar Bumi dan mempertanyakan salah satu misteri terbesar umat manusia.
Para peneliti, termasuk astrobiolog Amy Williams dari Universitas Florida yang juga terlibat dalam tim Perseverance, sangat bersemangat untuk menganalisis sampel Cheyava Falls. Menurut Williams, penemuan kehidupan di luar Bumi tidak hanya akan mengubah paradigma tetapi juga memberikan jawaban penting soal keberadaan kita di alam semesta. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya penelitian lebih lanjut dan kolaborasi internasional dalam usaha menemukan jejak kehidupan di luar planet kita.