Teknologi

Belanda Larang DeepSeek Digunakan: Temukan Alasannya di Sini!

AMSTERDAM – Belanda mengambil langkah tegas dengan melarang pegawai negeri sipil menggunakan DeepSeek, sebuah chatbot kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan di China. Keputusan ini diumumkan oleh Sekretaris Negara untuk Hubungan Pemerintah dan Digitalisasi, Zsolt Szabo, setelah mempertimbangkan potensi risiko yang ditimbulkan oleh aplikasi tersebut terkait kegiatan intelijen, seperti yang dilaporkan oleh Anadolu Agency mengutip pernyataan dari lembaga penyiaran publik NOS.

Larangan ini muncul di tengah kekhawatiran global terkait dengan keamanan data dan privasi. Otoritas Perlindungan Data Belanda juga mengeluarkan peringatan serupa, mendorong masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan DeepSeek. "Orang-orang harus bertanya pada diri sendiri apakah mereka benar-benar ingin memasukkan data pribadi dan sensitif ke dalam aplikasi ini," ungkap otoritas tersebut, menekankan pentingnya kehati-hatian dalam penggunaan aplikasi berbasis AI.

DeepSeek bukanlah nama asing di kalangan pengguna teknologi, terutama setelah peluncuran model terbarunya yang terjadi pada akhir Januari lalu. Sejak saat itu, DeepSeek menjadi salah satu aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di App Store Apple, yang menunjukkan antusiasme pengguna meskipun datang dari negara yang masih menghadapi berbagai skeptisisme terkait privasi dan keamanan data.

Berikut adalah alasan utama Belanda melarang penggunaan DeepSeek:

  1. Risiko Intelijen: Larangan ini didasarkan pada potensi risiko yang terkait dengan keterlibatan aplikasi AI yang dimiliki oleh perusahaan China, di mana terdapat kekhawatiran bahwa informasi sensitif dapat diakses oleh otoritas Tiongkok.

  2. Penyimpanan Data Pribadi: DeepSeek dituduh menyimpan data pribadi yang dapat disalahgunakan, yang menimbulkan keprihatinan mendalam di kalangan lembaga pemerintah yang ingin melindungi informasi sensitif.

  3. Peringatan dari Otoritas Perlindungan Data: Pihak otoritas mendesak pengguna untuk mempertimbangkan dengan serius datanya dan dampak yang mungkin timbul apabila mereka memutuskan untuk menggunakan aplikasi tersebut.

Tidak hanya Belanda, beberapa negara lain juga mengeluarkan larangan serupa. Awal pekan ini, Korea Selatan dan Australia mengikuti jejak yang sama dengan melarang pejabat dalam departemen tertentu menggunakan DeepSeek. Tindakan ini menunjukkan bagaimana negara-negara di seluruh dunia semakin waspada terhadap penggunaan teknologi yang dapat membahayakan privasi dan keamanan data.

Meskipun DeepSeek menawarkan sejumlah keunggulan, seperti biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan dengan kompetitornya dan penggunaan chip semikonduktor yang lebih sederhana, kekhawatiran mengenai bagaimana data pengguna dikelola tetap menjadi perhatian. Perusahaan di balik DeepSeek mengklaim bahwa aplikasi mereka memerlukan lebih sedikit memori dan energi, menjadikannya lebih efisien. Namun, fitur tersebut tidak cukup untuk meredakan kekhawatiran yang telah meluas di kalangan pemerintah dan pengguna.

Di saat yang sama, minat terhadap chatbot AI terus berkembang. DeepSeek bersaing secara langsung dengan platform terkemuka lainnya seperti ChatGPT dari OpenAI. Meskipun ada risiko yang menyertainya, pengguna perlu mengenali manfaat dari teknologi ini, sambil tetap waspada dalam melindungi informasi pribadinya.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun larangan ini dapat mempengaruhi penggunaan DeepSeek di sektor publik, popularitas aplikasi tetap tinggi di antara pengguna umum. Dengan meningkatnya penggunaan aplikasi AI, tantangan untuk menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan perlindungan data pribadi akan terus menjadi isu yang relevan bagi banyak negara di seluruh dunia.

Situasi ini menunjukkan bagaimana kebijakan teknologi dan keamanan data perlu terus ditinjau dan diperbarui agar dapat mengatasi tantangan yang muncul akibat perkembangan teknologi yang pesat. Seiring meningkatnya kesadaran akan isu privasi, kebijakan serupa mungkin akan diterapkan oleh lebih banyak negara di masa mendatang.

Dimas Harsono adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button