Banyak orang mengaitkan suhu dingin dengan meningkatnya risiko penyakit, seperti flu. Namun, dalam sebuah laporan yang dipublikasikan oleh Live Science, para ilmuwan menjelaskan bahwa cuaca dingin bukanlah penyebab langsung dari infeksi virus pernapasan. Mereka menjelaskan, meskipun suhu dingin dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, kondisi ini tidak cukup untuk menyebabkan sakit.
Suhu dingin memang berkontribusi pada tingginya angka infeksi pernapasan, tetapi lebih karena faktor-faktor lain, seperti perilaku manusia di cuaca dingin. Saat suhu turun, orang cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan, membuat mereka lebih rentan terhadap paparan virus.
Salah satu kondisi berbahaya yang bisa terjadi akibat cuaca dingin adalah hipotermia. Hipotermia terjadi ketika suhu inti tubuh jatuh di bawah 35 derajat Celsius. Suhu tubuh manusia normal berada di sekitar 37 derajat Celsius. Jika seseorang terpapar pada suhu dingin untuk waktu yang lama, tubuh bisa kehilangan panas dengan lebih cepat dari kemampuannya untuk mempertahankan suhu.
Gejala hipotermia meliputi menggigil, kulit pucat dan dingin, serta bicara tidak jelas. Jika tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan kegagalan organ dan bahkan kematian. Data menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, terdapat sekitar 700 hingga 1.500 kasus kematian akibat hipotermia setiap tahunnya.
Selain hipotermia, isu kesehatan lain akibat cuaca dingin adalah radang dingin (frostbite). Radang dingin sering terjadi pada bagian tubuh seperti jari tangan, jari kaki, hidung, dan telinga. Dingin ekstrem dapat membekukan air dalam jaringan tubuh, menghambat aliran darah, dan menyebabkan kematian jaringan. Jika tidak diobati, kulit bisa berubah warna menjadi ungu atau biru, dan dalam kasus yang parah, jaringan mati mungkin membutuhkan amputasi.
Ada beberapa kondisi kesehatan lain yang juga dapat diperburuk oleh suhu dingin, antara lain:
-
Penyakit Raynaud: Penyakit ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah di jari tangan dan kaki, yang dapat menyebabkan perubahan warna menjadi putih atau biru.
-
Eksim: Suhu dingin seringkali memperburuk keadaan kulit bagi mereka yang menderita eksim.
-
Asma dan PPOK: Cuaca dingin dapat memicu serangan asma dan memperburuk penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
-
Serangan Jantung: Pembuluh darah yang menyempit di musim dingin berkontribusi pada meningkatnya risiko serangan jantung, karena jantung harus bekerja lebih keras.
-
Trench Foot: Merupakan kerusakan kaki akibat paparan lingkungan dingin dan lembap.
-
Chilblains: Ditandai dengan pembengkakan gatal pada kulit akibat suhu rendah.
- Urtikaria Dingin: Kondisi ini menyebabkan reaksi alergi berupa gatal-gatal akibat kontak dengan suhu rendah.
Meskipun udara dingin tidak secara langsung menyebabkan flu, banyak masalah kesehatan lain yang dapat muncul atau memburuk karena suhu rendah. Penting untuk memproteksi diri dari suhu ekstrem, terutama bagi kelompok yang lebih rentan, seperti anak-anak, orang tua, dan mereka yang memiliki riwayat penyakit tertentu.
Melindungi diri dapat dilakukan dengan cara mengenakan pakaian hangat, menjaga sirkulasi darah, serta menghindari paparan suhu dingin dalam waktu lama. Langkah-langkah pencegahan ini akan membantu menjaga kesehatan di bulan-bulan dingin dan mengurangi risiko terjadinya kondisi serius akibat suhu rendah.