Kesehatan

Benarkah Distribusi Galon Air Minum Terpapar Sinar Matahari Bahaya?

Aktivitas distribusi galon air minum dalam kemasan (AMDK) yang sering terpapar sinar matahari seharusnya menjadi perhatian bagi masyarakat dan pemerintah. Kebiasaan ini berlaku luas di banyak daerah, meskipun dampak negatifnya terhadap kesehatan konsumen mulai menarik perhatian para pakar. Paparan sinar matahari tidak hanya dapat mempengaruhi kualitas air minum, tetapi juga mengandung risiko terhadap kesehatan akibat pelepasan Bisphenol A (BPA) dari kemasan polikarbonat.

Dokter I Made Oka Negara, seorang pakar kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, mengungkapkan keprihatinannya terkait distribusi galon air yang dilakukan dalam kondisi yang tidak sesuai dengan standar. Menurutnya, banyak produsen yang tidak mematuhi aturan penyimpanan pangan yang disarankan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). "Galon ini menjadi masalah saat distribusi, baik yang kosong maupun yang sudah diisi, karena bisa terpapar panas langsung," jelasnya. Peraturan BPOM yang mengatur penyimpanan produk AMDK memerlukan tempat yang bersih dan sejuk, serta menjauhkan barang dari sinar matahari langsung.

Dampak dari paparan sinar matahari pada kemasan galon sangat signifikan. Mochamad Chalid, seorang ahli polimer dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa sinar matahari dapat memicu peluruhan BPA dari kemasan ke dalam air minum. "BPA dapat terlepas dengan adanya peningkatan suhu dan waktu," lanjutnya. Sebagai bahan kimia sintetis yang umum digunakan dalam pembuatan plastik, BPA telah menjadi perhatian serius karena dampaknya yang potensial terhadap kesehatan, termasuk gangguan metabolisme, risiko penyakit kardiovaskular, serta dampak pada perkembangan anak-anak.

Paparan sinar matahari membawa tiga mekanisme utama yang mempercepat peluruhan BPA:

  1. Radiasi UV: Memutus ikatan kimia pada plastik polikarbonat yang melemahkan struktur material.
  2. Peningkatan Suhu: Mempercepat pergerakan molekul BPA dan memudahkan migrasinya ke dalam air.
  3. Stres Oksidatif: Degradasi material akibat radiasi UV, yang mempercepat pelepasan BPA.

Data dari BPOM menunjukkan bahwa antara tahun 2021-2022, hampir 47 persen galon guna ulang yang diuji di sarana distribusi mencatat tingkat peluruhan BPA sebesar 0,5-0,6 bagian per juta (bpj). Lebih mengkhawatirkan lagi, sekitar 3,4 persen dari sampel tersebut melebihi ambang batas aman yaitu 0,6 bpj. "Ini sangat mengkhawatirkan. Produk yang tercemar BPA melebihi batas aman bisa berdampak buruk jika dikonsumsi terus-menerus," kata Chalid.

Paparan kronis BPA melalui air minum dapat menyebabkan akumulasi dalam tubuh dan berhubungan dengan banyak masalah kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa paparan BPA dapat menyebabkan gangguan hormonal, obesitas, serta peningkatan risiko penyakit jantung. Untuk anak-anak, paparan BPA bisa berdampak pada perkembangan otak dan perilaku, yang menjadikan risiko ini semakin serius.

Pemerintah bersama pelaku usaha sangat perlu memperbaiki metode distribusi AMDK guna ulang. Untuk melindungi konsumen, penyimpanan yang sesuai dengan standar, termasuk penggunaan truk tertutup atau isolasi termal, harus menjadi prioritas. Selain itu, edukasi kepada masyarakat mengenai risiko BPA sangat penting untuk meningkatkan kesadaran konsumen terhadap kualitas air yang mereka konsumsi.

Langkah-langkah tegas yang diambil oleh BPOM dan kolaborasi dengan pihak industri diharapkan dapat memastikan bahwa distribusi AMDK lebih aman dan memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan. Dengan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat, diharapkan langkah-langkah ini dapat melindungi konsumen dari potensi risiko kesehatan akibat paparan BPA dan memastikan bahwa air minum yang mereka konsumsi tetap dalam kondisi terbaik.

Dina Anggraini

Dina Anggraini adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button