Benarkah Lubang di Gendang Telinga Ganggu Pendengaran? Ini Faktanya!

Lubang pada gendang telinga menjadi salah satu masalah kesehatan yang sering kali diabaikan, padahal kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas pendengaran seseorang. Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT) dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rangga Rayendra Saleh, menjelaskan, lubang di gendang telinga dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti trauma atau infeksi kronis pada telinga tengah yang dikenal sebagai otitis media supuratif kronis (OMSK).

Dalam penjelasannya, Dokter Rangga menyebutkan bahwa robekan pada gendang telinga dapat terjadi akibat berbagai penyebab. “Jika lubang pada gendang telinga disebabkan oleh trauma, luka, atau tusukan, maka disebut perforasi akibat trauma. Sementara jika disebabkan oleh infeksi, maka ini merupakan dampak dari OMSK,” jelasnya. Gangguan ini sering kali ditandai oleh keluarnya cairan dari liang telinga, yang dalam istilah medis dikenal sebagai otore.

Salah satu dampak yang paling signifikan dari OMSK adalah potensi gangguan pendengaran yang dapat muncul. Ketika infeksi terjadi, penumpukan cairan di balik gendang telinga menyebabkan robekan yang tidak dapat menutup secara spontan. Hal ini berakibat pada keluarnya cairan dari telinga, dan jika dibiarkan terus-menerus, bisa mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran serta gejala lain seperti dengungan di telinga.

Jika lubang di gendang telinga bersifat kronis, sulit untuk sembuh dengan sendirinya tanpa intervensi medis. Oleh karena itu, sangat penting bagi pasien untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis THT jika mengalami gejala-gejala tersebut. “Pengobatan yang tepat sangat penting untuk mencegah kondisi yang lebih serius,” tambah Dokter Rangga.

Salah satu pendekatan untuk mengatasi lubang di gendang telinga adalah dengan melakukan operasi penambalan. Prosedur ini bertujuan untuk memperbaiki robekan serta meningkatkan fungsi pendengaran pasien. Operasi ini dapat dilakukan menggunakan bahan penambal yang diambil dari bagian tubuh pasien, seperti selaput tulang rawan atau selaput otot, yang dianggap lebih aman dan dengan risiko komplikasi yang rendah.

Prosedur penambalan gendang telinga dapat dilakukan dengan beberapa metode. Pertama, melalui liang telinga sehingga luka operasi tidak terlihat. Kedua, melalui sayatan pada daun telinga untuk kasus infeksi berat atau keluhan pendengaran yang lebih serius. Setelah operasi, pasien disarankan untuk menjaga area yang dioperasi tetap steril dan menghindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan di telinga, seperti mengangkat beban berat atau berenang.

Indikator keberhasilan operasi penambalan gendang telinga adalah keringnya liang telinga dan perbaikan fungsi pendengaran. “Jika setelah operasi kondisi liang telinga kering dan pendengaran membaik, maka ini menunjukkan bahwa prosedur telah berhasil,” kata Dokter Rangga.

Di samping itu, bagi masyarakat yang mengalami gangguan pendengaran atau keluhan seperti dengungan di telinga, penting untuk tidak menunggu terlalu lama untuk melakukan pemeriksaan. Dengan melakukan skrining pendengaran lebih awal, intervensi medis yang diperlukan dapat dilakukan lebih cepat untuk mencegah perkembangan kondisi yang lebih parah.

Sangat disarankan untuk tidak melakukan praktik berisiko yang dapat merusak gendang telinga, seperti membersihkan telinga dengan alat yang tidak tepat. Menggunakan korek kuping atau alat lain yang tidak steril dapat menyebabkan luka atau infeksi, memperburuk kondisi pendengaran. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter spesialis sangat dianjurkan bagi siapa saja yang mengalami masalah dengan pendengarannya.

Berita Terkait

Back to top button