Para arkeolog di Mesir baru-baru ini menemukan sebuah bengkel mumifikasi yang dianggap sebagai yang terlengkap dan terbesar yang pernah ada. Penemuan ini terjadi di sebuah situs dekat Kairo dan berasal dari abad ke-4, tepatnya saat Dinasti ke-30 pada era Ptolemeus. Lokasi tersebut berada tidak jauh dari piramida batu tertua di Mesir, yaitu Tangga Djoser. Penemuan ini menciptakan kegemparan di kalangan ilmuwan dan penggemar sejarah, memberikan wawasan baru tentang praktik mumifikasi dan budaya pemakaman pada masa lalu.
Mostafa Waziri, sekretaris jenderal dewan tertinggi kepurbakalaan Mesir, memberikan keterangan terkait penemuan tersebut. "Dua tempat tidur batu untuk pembalsaman manusia ditemukan di sejumlah ruangan," jelasnya. Tempat tidur tersebut memiliki ukuran sekitar dua meter panjang dan satu meter lebar, terbuat dari balok batu yang dilapisi mortar miring ke bawah hingga ke selokan.
Proses mumifikasi yang digunakan di bengkel ini sangat mendetail. “Tempat tidur mumifikasi digunakan untuk mempersiapkan tubuh dengan mengekstraksi organ manusia, yang kemudian ditempatkan dalam toples kanopik,” kata Waziri. Penemuan ini menunjukkan bahwa pengikut Firaun memiliki cara yang sangat terorganisir dan efisien dalam mempersiapkan tubuh untuk perjalanan ke dunia setelah kematian.
Di lokasi tersebut, arkeolog juga menemukan situs batu bata lumpur yang dikhususkan hanya untuk manusia. Selain dua tempat pembalsaman, terdapat pula berbagai peralatan untuk pengolahan organ tubuh, gulungan kain linen, serta sejumlah toples kanopik. Di bengkel terpisah yang khusus untuk pembuatan mumi hewan, ditemukan peralatan perunggu dan lima tempat pembalsaman yang terbuat dari batu kapur. Hal ini menunjukkan bahwa praktik mumifikasi tidak hanya berlaku untuk manusia, tetapi juga untuk hewan, yang memiliki peran penting dalam kultur Mesir kuno.
Daftar objek yang ditemukan di situs ini sangat mengesankan, termasuk:
- Dua tempat tidur mumifikasi untuk pembalsaman manusia.
- Peralatan organ tubuh yang digunakan dalam proses pembalsaman.
- Gulungan kain linen yang kemungkinan digunakan dalam pembungkus mumi.
- Toples kanopik untuk penyimpanan organ yang diekstrak.
- Patung kayu dan batu utuh yang mungkin memiliki nilai spiritual atau pemujaan.
- Benda-benda pemakaman yang menunjukkan kekayaan dan status sosial pemiliknya.
- Prasasti di dinding makam yang menggambarkan berbagai kegiatan, termasuk berburu.
Salah satu aspek menarik dari penemuan ini adalah dua makam yang diyakini milik pejabat tinggi dan pendeta. Kedua makam tersebut dipahat langsung di dalam batu dan diperkirakan berusia antara 4.400 hingga 3.400 tahun, memberikan gambaran mendalam mengenai sistem keagamaan dan sosial pada masa itu.
Penemuan ini datang setelah para ilmuwan di Jerman juga menemukan jejak kota hilang yang dijuluki ‘Atlantis Laut Utara’, yang menghilang akibat gelombang besar lebih dari 600 tahun yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian dan penggalian arkeologi di berbagai belahan dunia terus memberikan banyak informasi baru tentang peradaban kuno.
Mesir, sebagai pusat peradaban kuno, terus menjadi sorotan dengan banyaknya penemuan arkeologis yang menarik perhatian dunia. Penemuan bengkel mumifikasi ini diharapkan dapat menjadi titik awal untuk lebih memahami bagaimana masyarakat Mesir kuno mengelola proses pemakaman dan ritual yang terkait dengan keyakinan mereka terhadap kehidupan setelah mati. Dengan informasi yang terus digali dari situs ini, para ilmuwan berharap bisa menghadirkan gambaran yang lebih jelas mengenai praktik-kepraktikan kebudayaan yang menjadikan Mesir terkenal hingga saat ini.