
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Handayana, mengungkapkan bahwa program makan bergizi gratis (MBG) tidak hanya bertujuan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, tetapi juga secara signifikan berkontribusi dalam menciptakan lapangan kerja baru. Program ini bertujuan untuk mendorong kemandirian ekonomi masyarakat melalui pengoperasian Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) yang tersebar di berbagai daerah.
Dadan menjelaskan bahwa setiap SPPG ditargetkan melayani antara 3.000 hingga 4.000 jiwa penerima manfaat. Dengan skala tersebut, diharapkan dapat terjadi permintaan pasar baru yang terus berkembang, yang dalam istilah ekonomi dikenal sebagai new emerging market. “Secara ekonomi, program MBG mampu menciptakan lapangan kerja langsung di SPPG,” ujar Dadan, menekankan pentingnya program ini bagi pembangunan ekonomi lokal.
Setiap SPPG memiliki empat tenaga inti yaitu kepala SPPG, ahli gizi, dan akuntan yang gajinya dibayar melalui anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Selain itu, program ini juga membutuhkan tenaga pendukung seperti juru masak dan relawan yang dibiayai melalui dana operasional yang diberikan oleh BGN kepada mitra. “Tenaga kerja seperti yang membantu memasak dan lainnya dibayar melalui dana operasional mitra,” imbuhnya.
Lebih jauh, Dadan mengungkapkan bahwa program MBG turut memberikan kontribusi dalam memperkuat ekonomi lokal melalui keberadaan para penyalur bahan baku makanan. Diperkirakan, setiap SPPG akan membutuhkan minimal 15 penyalur baru, yang masing-masing penyalur dapat mempekerjakan antara 2 hingga 5 orang. Dengan demikian, akan tercipta lapangan kerja tidak langsung yang cukup signifikan, menambah jumlah peluang kerja di komunitas lokal.
Menyusul implementasi program ini, berbagai pihak, termasuk pengusaha dan yayasan, dapat bergabung sebagai mitra resmi SPPG melalui platform khusus yang disediakan di situs mitra.bgn.go.id. Dadan menekankan pentingnya kolaborasi ini sebagai langkah strategis dalam memperkuat ketahanan pangan dan gizi masyarakat.
Dalam konteks pertumbuhan penduduk yang pesat, yang saat ini berlangsung sekitar enam orang per menit atau tiga juta jiwa per tahun, presiden dan pemerintah sangat memperhatikan kualitas pendidikan dan gizi di kalangan masyarakat. Dadan mengingatkan bahwa rata-rata lama pendidikan penduduk Indonesia adalah sembilan tahun, di mana pertumbuhan penduduk didominasi oleh warga dari keluarga miskin dan rentan miskin. "Presiden resah melihat banyak anak lahir dari keluarga dengan pendapatan di bawah Rp 1 juta dan pendidikan rendah," ungkap Dadan.
Program MBG berfokus pada intervensi gizi yang dimulai dari ibu hamil hingga anak usia SMA, dengan penekanan pada dua fase penting dalam perkembangan manusia: 1.000 hari pertama kehidupan (usia 0-2 tahun) dan usia 8-18 tahun yang merupakan fase optimal bagi pertumbuhan fisik dan kognitif. “Dengan makan bergizi gratis, diharapkan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dapat tumbuh secara seimbang dan berkualitas,” tutup Dadan.
Melalui program ini, BGN tidak hanya berupaya mengatasi masalah gizi, tetapi juga menciptakan peluang pekerjaan yang berkelanjutan bagi masyarakat. Dengan pendekatan yang terpadu antara kesehatan, pendidikan, dan ekonomi, diharapkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia akan terus meningkat, membangun fondasi yang lebih kuat untuk masa depan bangsa.