Bisnis

BI Janji Terus Intervensi Rupiah untuk Stabilitas Ekonomi

Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah demi mempengaruhi perekonomian Indonesia yang lebih kuat. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa berbagai langkah intervensi akan dilakukan untuk mengatasi tekanan yang dialami mata uang Indonesia akibat gejala politik global yang tidak menentu.

Pada sebuah konferensi video yang digelar pada Rabu, 22 Januari 2025, Perry menyatakan, “Komitmen kami untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar, baik melalui intervensi di pasar spot, kemudian juga di forward, maupun pemberian Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dari pasar.” Bank Indonesia berupaya untuk memastikan bahwa nilai rupiah mampu bertahan di kondisi pasar yang ketat dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi yang cepat.

Ada beberapa faktor yang mendorong BI untuk terus mengambil langkah intervensi. Pertama, penguatan dolar Amerika Serikat yang terus berlanjut memicu tekanan pada nilai tukar rupiah. Hal ini menjadi tantangan tambahan bagi perekonomian Indonesia di tengah upaya pemulihan yang sedang berlangsung. Kedua, stabilitas rupiah sangat penting untuk mendorong investasi, di mana kepercayaan investor terhadap mata uang lokal berbanding lurus dengan kestabilan politik dan ekonomi negara.

Perry juga menambahkan bahwa Bank Indonesia akan berkolaborasi dengan pemerintah dan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menciptakan langkah-langkah terintegrasi dalam menjaga stabilitas rupiah. Dia mengungkapkan, “Komitmen kami di Bank Indonesia terus memastikan rupiah itu stabil, dan tentu saja sejalan dengan mata uang regional di tengah tekanan dolar yang terus kuat.”

Di samping itu, BI juga menerapkan kebijakan baru terkait Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA). Dalam aturan tersebut, diharuskan mover atau eksportir untuk menempatkan 100 persen DHE SDA di dalam negeri selama minimal satu tahun. Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan likuiditas tambahan di pasar domestik serta memperkuat posisi rupiah.

Perkembangan terkini menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah mengalami penguatan pada pembukaan perdagangan pada hari yang sama, yaitu Rabu, 21 Januari 2025. Rupiah melesat 33 poin atau 0,20 persen ke level 16.310 per dolar Amerika Serikat. Penguatan ini juga tercatat sejalan dengan pergerakan positif dari mayoritas mata uang Asia lainnya.

Data menunjukkan bahwa mata uang Asia lainnya juga mengalami pergerakan yang serupa, seperti baht Thailand yang naik 0,48 persen, ringgit Malaysia yang menguat 0,36 persen, dan won Korea Selatan yang meningkat 0,31 persen. Tren ini menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan BI berhasil membawa dampak positif di pasar.

Dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI juga harus terus memantau perkembangan global yang dapat mempengaruhi perekonomian domestik. Gejolak politik di negara lain, ketegangan perdagangan, dan keputusan bank sentral di negara besar seperti Amerika Serikat dapat memiliki dampak signifikan. Oleh karena itu, koordinasi dan komunikasi antara BI, pemerintah, dan KSSK sangat penting untuk merespons berbagai perubahan yang mungkin terjadi.

Dengan komitmen yang kuat dan serangkaian langkah intervensi yang berfokus pada menciptakan stabilitas nilai tukar, BI berharap dapat menjaga kepercayaan pasar dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Penguatan rupiah menjadi langkah awal yang penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi ke depannya.

Rina Lestari

Rina Lestari adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button