
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) baru saja meresmikan proyek hilirisasi timah di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Proyek ini ditandai dengan acara groundbreaking yang dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2025, dengan nilai investasi tahap awal yang mencapai Rp 1,2 triliun. Proyek ini dianggap sebagai langkah strategis pemerintah dalam mendukung hilirisasi sumber daya alam Indonesia.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, menyampaikan bahwa fasilitas yang dibangun ini dirancang untuk menjadi salah satu pusat hilirisasi timah terbesar di dunia. "Dengan nilai investasi dan modal kerja sebesar Rp 1,2 triliun, proyek ini akan mengubah wajah industri timah nasional," tegasnya saat memberikan keterangannya setelah acara peresmian.
Proyek hilirisasi timah ini mencakup pembangunan fasilitas tin chemical yang dikelola oleh PT Batam Timah Sinergi (BTS) dan fasilitas tin solder yang dikelola oleh PT Tri Charislink Indoasia (TCI). Kedua perusahaan tersebut merupakan anak usaha PT Cipta Persada Mulia (CPM), yang berperan penting dalam industri timah nasional.
Dalam penjelasannya, Todotua menjelaskan bahwa pengembangan proyek ini adalah bagian dari upayanya untuk mewujudkan visi hilirisasi yang lebih luas bagi Indonesia. "Hilirisasi adalah kunci untuk memastikan sumber daya alam Indonesia dimanfaatkan secara optimal, tidak hanya sebagai komoditas mentah, tetapi sebagai produk dengan nilai tambah yang tinggi," ungkapnya.
Berikut adalah beberapa poin penting terkait proyek hilirisasi timah di Batam:
Investasi Signifikan: Proyek ini melibatkan investasi awal sebesar Rp 1,2 triliun, yang diharapkan dapat membawa dampak positif bagi ekonomi lokal.
Fasilitas yang Dibangun: Proyek ini mencakup fasilitas tin chemical oleh BTS dan tin solder oleh TCI, yang akan memproduksi produk-produk bernilai tambah tinggi dari timah.
Target Jangka Panjang: Proyek ini sejalan dengan Roadmap Hilirisasi Nasional, yang menargetkan Indonesia menjadi produsen timah terbesar kedua di dunia pada tahun 2045.
Ekonomi dan Lapangan Kerja: Selain mendukung hilirisasi, proyek ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru dan peluang ekonomi, serta memperkuat ekosistem industri di wilayah Kepulauan Riau.
- Lokasi Strategis: Kota Batam memiliki lokasi strategis yang dekat dengan jalur perdagangan internasional, sehingga meningkatkan efisiensi dalam ekspor-impor produk yang dihasilkan.
Dalam konteks hilirisasi ini, Todotua menegaskan bahwa PT Cipta Persada Mulia memiliki peran strategis dalam industri timah di Indonesia. Dengan melakukan pertambangan bijih timah melalui Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan memproduksi tin ingot di smelter, perusahaan tersebut menjadi bagian penting dari rantai produksi timah.
Salah satu kebijakan yang ditekankan oleh Todotua adalah perlunya sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk memastikan kesuksesan proyek ini. "Kami berkomitmen untuk mendukung percepatan perizinan serta pengembangan sumber daya manusia lokal," ujarnya.
Dengan keberadaan proyek hilirisasi timah ini, diharapkan dapat memaksimalkan potensi timah Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan cadangan timah terbesar kedua di dunia. Selain itu, proyek ini juga mendorong pemerataan pembangunan industri di luar Pulau Jawa, yang menjadi salah satu fokus utama pemerintah saat ini.
Secara keseluruhan, proyek hilirisasi timah di Batam diharapkan tidak hanya memberikan dampak ekonomi yang signifikan, tetapi juga menjadi model bagi proyek-proyek hilirisasi lainnya di Indonesia. Langkah ini merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk menumbuhkan industri yang berkelanjutan dan berdaya saing global.