Indonesia

BMKG: Ilmu Titen Kearifan Lokal untuk Mitigasi Bencana hingga 2025

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya ilmu titen sebagai bagian dari kearifan lokal yang dapat membantu masyarakat dalam mitigasi bencana. Ilmu titen, yang berasal dari tradisi Jawa, mengajarkan cara membaca tanda-tanda alam untuk mendeteksi potensi bencana. Menurut Dwikorita, pemahaman tentang perubahan-perubahan yang terjadi di alam sangatlah penting, terutama di tengah ancaman cuaca ekstrem yang diprediksi akan berlangsung hingga Maret 2025.

BMKG mengidentifikasi beberapa tanda-tanda alam yang perlu diwaspadai untuk menghindari bencana, antara lain:

  1. Awan Menghitam dan Tebal: Tanda ini bisa menunjukkan adanya hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang.
  2. Awan dengan Ekor Seperti Belalai: Kondisi ini dapat menandakan potensi terjadinya angin puting beliung, sehingga masyarakat diimbau untuk mencari tempat aman segera.
  3. Mendung di Hulu Sungai: Meskipun cuaca di sekitar terlihat cerah, mendung di hulu sungai adalah indikasi terdapat potensi banjir bandang.
  4. Air Sungai Tiba-Tiba Keruh: Hal ini bisa jadi tanda datangnya banjir bandang. Ketika melihat perubahan ini, disarankan untuk menjauh dari aliran sungai.
  5. Retakan atau Rembesan Air di Lereng Gunung: Ini merupakan sinyal bahwa potensial longsor mengintai. Masyarakat seyogianya menjauh dari area ini.

Dwikorita menegaskan, "Kalau langit mendung tiba-tiba di pegunungan, lebih baik segera menjauh dari lereng. Itu bisa jadi tanda awal longsor." Pemantauan yang ketat terhadap tanda-tanda alam tersebut sangat penting guna memberikan peringatan dini kepada masyarakat.

Sebagai respons terhadap kemungkinan cuaca ekstrem, BMKG meramalkan bahwa musim hujan akan bertahan hingga Maret 2025. Puncak curah hujan diprediksi terjadi pada Januari-Februari 2025. Beberapa daerah yang perlu tingkat kewaspadaan yang tinggi mencakup Pulau Sumatera, Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Sulawesi.

BMKG juga memanfaatkan teknologi modern untuk melengkapi ilmu titen. Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi cuaca terkini melalui situs resmi BMKG. Beberapa langkah yang disarankan untuk mengurangi risiko bencana akibat cuaca ekstrem meliputi:

  • Memahami tanda-tanda alam berdasarkan ilmu titen.
  • Tidak berteduh di bawah pohon saat hujan lebat.
  • Menjauhi lereng gunung yang menunjukkan tanda retakan atau rembesan air.
  • Menghindari bermain di sungai apabila melihat air tiba-tiba keruh.
  • Selalu memperbarui informasi cuaca dari BMKG.

Dengan mengintegrasikan kearifan lokal melalui ilmu titen dan kemajuan teknologi, BMKG berharap masyarakat dapat lebih siap dalam menghadapi bencana alam. Ini adalah langkah mitigasi bencana yang sangat penting, terutama di daerah yang rawan bencana. Para ahli masih terus memantau situasi cuaca dan memberikan informasi teraktual demi keselamatan masyarakat.

Masyarakat diharapkan dapat mengambil peran aktif dalam melindungi diri dan lingkungan sekitar, serta memanfaatkan informasi yang disediakan oleh BMKG. Kesiapsiagaan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab setiap individu untuk memahami dan mengantisipasi bencana yang mungkin terjadi.

Siti Aisyah adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button