PT BNI Multifinance (BNI Finance) bertekad memperkuat digitalisasi dalam seluruh aspek operasionalnya, termasuk pemasaran, kredit, dan pengumpulan pembayaran, pada tahun 2025. Langkah strategis ini dilakukan pasca ekspansi yang signifikan pada 2024, di mana perusahaan menambah 22 kantor pemasaran baru hingga totalnya menjadi 52 jaringan pemasaran. “Digitalisasi akan menjadi prioritas utama kami untuk meningkatkan efisiensi dan memberikan layanan yang lebih cepat kepada nasabah,” ujar Albertus Hendi, Direktur Bisnis BNI Finance.
Menurut Albertus, meskipun digitalisasi akan semakin mendominasi operasional perusahaan, BNI Finance tetap memandang penting keberadaan jaringan pemasaran fisik. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan perusahaan pada kerja sama dengan dealer kendaraan. “Jaringan pemasaran tetap diperlukan, karena bisnis kami masih bergantung pada rekanan dealer, baik mobil baru maupun bekas,” tambahnya.
Dalam upaya mencapai target pertumbuhan yang ambisius, BNI Finance menargetkan penyaluran pembiayaan mencapai Rp6,25 triliun pada 2025, meningkat sebesar 20,19% jika dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,2 triliun. Dari data yang ada, pada 2023, perusahaan berhasil menyalurkan pembiayaan mencapai Rp3,2 triliun. Dengan tambahan 22 kantor pemasaran dan kerja sama strategis, BNI Finance mampu meningkatkan total pembiayaan hingga Rp2 triliun pada 2024.
Dominasi pembiayaan kendaraan baru dalam portofolio BNI Finance juga menjadi sorotan, di mana sektor ini menyumbang hingga 80% dari total penyaluran pembiayaan pada 2024. Kebijakan ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam memperluas pangsa pasar di sektor kendaraan, dan dalam rangka meningkatkan layanan kepada nasabah.
Sebagai bagian dari strategi digitalnya, BNI Finance juga berencana untuk memperkuat sinergi dengan induk usaha, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. “Kami akan fokus memperkuat kerja sama dengan Bank BNI untuk mengembangkan bisnis captive, baik untuk nasabah retail maupun korporasi,” ungkap Albertus. Sinergi ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan efektivitas penyaluran pembiayaan.
Dalam perkembangan industri, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan piutang perusahaan pembiayaan mencapai Rp501,37 triliun per November 2024, mencerminkan pertumbuhan sebesar 7,27% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, pertumbuhan ini sedikit melambat dibandingkan kinerja bulan sebelumnya. Tingkat kredit bermasalah, atau non-performing financing (NPF), juga menunjukkan sedikit peningkatan, yakni mencapai 2,71% per November 2024, meski masih jauh dari batas maksimal yang ditetapkan OJK yaitu 5%.
Dengan visi dan strategi yang telah ditetapkan, BNI Finance berusaha untuk tidak hanya memenuhi target pertumbuhan yang ambisius tetapi juga tetap memprioritaskan kepuasan nasabah. Melalui upaya digitalisasi yang terintegrasi dan kerja sama strategis dengan Bank BNI, perusahaan yakin dapat menciptakan layanan yang lebih baik dan lebih efisien bagi nasabah mereka.
Dalam konteks ini, BNI Finance siap menyambut tantangan dan peluang di era digital, dengan harapan dapat menjadi salah satu pelopor dalam industri pembiayaan di Indonesia. Fokus pada digitalisasi dan jaringan pemasaran fisik yang sinergis merupakan langkah maju dalam menerapkan inovasi dan teknologi dalam melayani kebutuhan nasabah yang terus berkembang.