Produsen pesawat terbang Boeing mengalami kerugian signifikan pada kuartal IV-2024 akibat dampak dari mogok kerja yang berkepanjangan dan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Perusahaan yang berbasis di Chicago ini terpaksa mengeluarkan biaya mencapai USD3 miliar atau sekitar Rp48 triliun, yang mencerminkan tantangan besar yang dihadapinya sepanjang tahun ini.
Boeing diperkirakan mencatat kerugian sebesar USD5,46 per saham pada kuartal IV-2024, jauh lebih tinggi daripada perkiraan Wall Street yang hanya memproyeksikan kerugian sekitar USD1,80 per saham. Situasi ini menunjukkan betapa parahnya dampak yang dialami oleh raksasa penerbangan tersebut, yang sudah terjebak dalam berbagai masalah sejak awal tahun.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan kerugian besar Boeing adalah pemogokan besar-besaran yang melanda perusahaan pada akhir tahun. Aksi mogok ini berlangsung selama sekitar tujuh minggu, mengakibatkan kelumpuhan produksi yang signifikan. Akibatnya, banyak program yang direncanakan mengalami penundaan, yang turut memperburuk kondisi finansial Boeing.
Di samping itu, Boeing juga merencanakan pengurangan tenaga kerja sebesar 10 persen. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk restrukturisasi perusahaan dalam menghadapi tantangan yang ada. Namun, keputusan tersebut menimbulkan kebutuhan untuk menyediakan dana kompensasi yang tidak sedikit, yang juga berkontribusi terhadap kerugian perusahaan.
Berikut adalah beberapa data dan informasi penting mengenai kerugian Boeing pada kuartal IV-2024:
Biaya yang Dikeluarkan: Boeing mengeluarkan biaya hingga USD3 miliar sebagai dampak dari pemogokan dan PHK massal.
Kerugian per Saham: Diperkirakan mencatat kerugian sebesar USD5,46 per saham, jauh di atas proyeksi analis sebesar USD1,80 per saham.
Pendapatan: Pendapatan untuk kuartal keempat tercatat sebesar USD15,2 miliar, di bawah estimasi analis yang memperkirakan USD16,6 miliar.
- Biaya dari Program Masalah: Boeing harus menanggung biaya sebesar USD1,1 miliar terkait masalah program pesawat 777 dan 767. Selain itu, ia juga menghadapi biaya tambahan USD1,7 miliar berkaitan dengan sejumlah program pemerintah, termasuk tanker pengisian bahan bakar militer dan jet pengganti Air Force One.
Kondisi yang dihadapi oleh Boeing pada kuartal IV-2024 merupakan refleksi dari serangkaian masalah yang lebih luas dalam industri kedirgantaraan. Kesulitan ini bukan hanya berpengaruh pada kinerja finansial perusahaan, tetapi juga menimbulkan ketidakpastian bagi ribuan karyawan yang terdampak oleh PHK massal dan pemogokan.
Manajemen Boeing menyatakan bahwa mereka berkomitmen untuk memperbaiki situasi ini dan belajar dari pengalaman yang menyakitkan. Namun, para analis memperingatkan bahwa langkah-langkah untuk memperbaiki kinerja keuangan bisa memakan waktu, mengingat tantangan yang harus dihadapi perusahaan dalam jangka pendek.
Dalam industri yang sangat kompetitif dan dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, Boeing harus dapat menemukan strategi yang efektif untuk mengatasi kerugian besar ini dan kembali ke jalur keberhasilan di masa depan. Namun, saat ini, tantangan yang ada tampaknya masih jauh dari selesai.