Bolehkah Ibu Hamil Muda Puasa Ramadan? Ini Penjelasan Dokter!

Ibu hamil muda sering kali mempertanyakan apakah mereka boleh menjalankan ibadah puasa Ramadhan, khususnya di trimester pertama kehamilan. Menanggapi pertanyaan ini, dr. Agustinus Gatot Suwarna Hadiwijana, Sp.OG, seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Poliklinik Women & Children Mitra Keluarga Bekasi, memberikan pandangan yang penting untuk diperhatikan.

Menurut dr. Agustinus, ibu hamil muda sebaiknya tidak berpuasa selama trimester pertama. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik yang sering dialami pada periode tersebut, seperti morning sickness, mual, dan muntah. Mual yang terus-menerus berisiko menghambat asupan gizi yang diperlukan oleh janin yang tengah berkembang. "Prinsipnya tetap sama. Kalau pemberian makanan dari ibu ke bayi baik, trimester pertama memang kita tidak anjurkan. Kenapa? Biasanya trimester pertama masih muntah-muntah, masih mual, nggak bisa makan. Masa mau puasa lagi," tegas dr. Agustinus.

Dari hasil pengamatannya, dr. Agustinus menekankan bahwa ketika ibu hamil tidak mendapatkan cukup gizi, hal ini dapat berdampak negatif pada perkembangan janin, yang terutama membutuhkan nutrisi di awal kehamilan. Ibu hamil yang mengalami mual dan muntah akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizi baik untuk dirinya sendiri maupun untuk bayi dalam kandungan.

Namun, dr. Agustinus mengatakan bahwa jika kondisi fisik ibu hamil baik dan tidak mengalami masalah kesehatan, terutama setelah memasuki trimester kedua dan ketiga, maka ibu hamil diperbolehkan untuk berpuasa. "Kalau trimester ke-2, ke-3 biasanya makanan sudah baik. Sudah bisa menambah makanan sendiri, yaitu silahkan trimester ke-2, trimester ke-3," jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa jika hasil pemeriksaan ultrasound menunjukkan perkembangan janin yang baik, maka berpuasa bisa menjadi hal yang positif bagi ibu hamil. "Jadi ketika ditanya, apakah mau puasa? Jika dokter setuju, dan bayimu oke, itu bisa menjadi anugerah untuk ibu hamil," kata dr. Agustinus.

Sebelum memutuskan untuk berpuasa, dr. Agustinus merekomendasikan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. "Periksanya tergantung kehamilannya, trimester ke-1 dan ke-2 itu kan sebulan sekali. Nanti 28 minggu sampai minggu ke-36 itu 2 minggu sekali," tambahnya.

Meskipun ada izin untuk berpuasa, dr. Agustinus mengingatkan bahwa ada kondisi tertentu di mana ibu hamil sebaiknya tidak memaksakan diri. Di antaranya adalah jika bayi dalam kandungan terdeteksi kecil atau mengalami pertumbuhan terhambat, serta bagi ibu yang mengalami anemia tanpa pendampingan obat tambahan darah.

Untuk memastikan asupan nutrisi tetap terpenuhi selama berpuasa, dr. Agustinus memberikan beberapa rekomendasi berikut:

  1. Waktu Makan yang Efisien: Tambahkan jumlah waktu makan di luar waktu buka puasa dan sahur untuk memastikan nutrisi tetap terpenuhi.
  2. Nutrisi Seimbang: Saat berbuka dan sahur, pastikan untuk mengonsumsi makanan bergizi yang mengandung protein, karbohidrat, dan multivitamin.
  3. Hidrasi yang Cukup: Penting untuk memperhatikan asupan cairan agar terhindar dari dehidrasi, yang dapat membahayakan janin.

Dengan memperhatikan panduan dari dokter, ibu hamil dapat menjalani puasa Ramadhan dengan lebih aman dan sehat. Memastikan bahwa kesehatan ibu dan perkembangan janin dalam kondisi optimal adalah prioritas utama sebelum memutuskan untuk berpuasa. Jadi, bagi ibu hamil yang sehat dan merasa mampu, puasa Ramadhan bisa menjadi ibadah yang membawa berkah, namun tetap dengan bimbingan medis yang tepat.

Berita Terkait

Back to top button