Sains

BSSN Bentuk Tim Khusus Cegah Serangan Siber yang Meningkat

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) terus berupaya meningkatkan keamanan siber nasional untuk menghadapi berbagai ancaman yang semakin kompleks. Dalam langkah terbaru, BSSN membentuk Tim Tanggap Insiden Siber (TTIS) yang dirancang khusus untuk memberikan respons cepat terhadap insiden siber yang dapat mengancam keamanan negara. Pembentukan tim ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan siber, mengingat ancaman yang muncul tidak hanya bersifat fisik tetapi juga nonfisik, yang sering kali datang melalui dunia maya.

Kepala BSSN, Hinsa Siburian, menekankan bahwa ancaman siber dapat datang dari berbagai sumber, termasuk kelompok teroris dan peretas independen. Beberapa bentuk ancaman yang diidentifikasi meliputi serangan malware, rekayasa sosial, serangan man in the middle (MitM), penolakan layanan (DoS), dan serangan injeksi. Ia menyatakan, "Ancaman tersebut tidak hanya dalam bentuk fisik, seperti perang bersenjata dan lainnya, tetapi bisa datang dalam bentuk nonfisik, seperti ancaman di dunia maya."

Adapun TTIS akan berfungsi dalam tiga tingkatan, yaitu TTIS nasional, TTIS sektoral, dan TTIS organisasi. Masing-masing tim akan memiliki tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan ruang lingkup yang ditentukan. Dengan adanya adanya tim ini, BSSN berharap dapat melakukan koordinasi lebih baik dalam menangani insiden siber yang terjadi di Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2022 tentang Perlindungan Infrastruktur Vital Nasional, TTIS diharapkan mampu memberikan peringatan lebih dini mengenai potensi ancaman dan membantu merumuskan panduan teknis untuk penanganan insiden siber. Hinsa menambahkan, "Tim tanggap insiden siber memiliki tugas penting dalam mencatat setiap laporan yang masuk, serta memberikan rekomendasi langkah penanganan awal kepada pihak yang terdampak."

Berikut adalah beberapa tugas utama dari Tim Tanggap Insiden Siber:

  1. Memberikan Peringatan: Tim ini bertanggung jawab untuk memantau dan memberikan peringatan terkait ancaman keamanan siber yang mungkin mengganggu infrastruktur vital.
  2. Menyusun Panduan: Mengembangkan panduan dan standar teknis yang dapat diikuti untuk penanganan insiden siber.
  3. Mencatat Laporan: Melakukan pencatatan dan registrasi terhadap setiap insiden siber yang terjadi untuk analisis lebih lanjut.
  4. Memberikan Rekomendasi: Menyediakan rekomendasi tentang langkah-langkah mitigasi yang perlu diambil oleh organisasi yang terkena dampak.

Hinsa Siburian juga menjelaskan bahwa TTIS Nasional berfungsi untuk memilah insiden siber berdasarkan kriteria yang ditetapkan sebagai prioritas dalam penanganannya. Anggota dari setiap tingkat tim ini akan dilatih dengan baik untuk memastikan mereka siap menghadapi beragam skenario yang mungkin terjadi, guna menjaga stabilitas dan keamanan sistem informasi di Indonesia.

Pendirian Tim Tanggap Insiden Siber ini juga tidak terlepas dari meningkatnya serangan siber di seluruh dunia yang tidak mengenal batas geografis. Negara-negara lain juga mengakui pentingnya meningkatkan kapasitas dalam menghadapi masalah ini. Dalam konteks Indonesia, langkah ini diharapkan dapat menciptakan jaring pengaman yang lebih baik untuk melindungi infrastruktur kritis dan data sensitif yang dimiliki oleh berbagai organisasi dan instansi pemerintah.

Dengan berfokus pada penguatan sistem defensif di ranah siber, BSSN menunjukkan komitmennya untuk melindungi negara dari ancaman yang terus berkembang. Hal ini menjadi semakin penting, mengingat sifat serangan siber yang dapat berpotensi merusak keamanan dan stabilitas nasional dalam jangka panjang. Upaya ini merupakan lompatan penting dalam metode pertahanan keamanan siber yang lebih komprehensif dan terstruktur di Indonesia.

Maya Putri adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button