Kesedihan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Merupakan respons alami terhadap kehilangan, kesedihan sering kali dikaitkan dengan pengalaman mendalam yang tidak mudah untuk dilalui. Berbagai emosi seperti terkejut, tidak percaya, rasa bersalah hingga kemarahan biasanya mewarnai perjalanan seseorang saat menghadapi duka. Seperti yang diungkapkan psikiater dr. Andreas Kurniawan, SpKJ, duka adalah proses yang sangat individual dan bisa berlangsung bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup.
Dalam interaksi dengan detikcom, dr. Andreas menekankan bahwa tidak ada cara yang benar atau salah dalam menghadapi duka. "Cuma yang paling beratnya, kita berharap bisa dilalui dalam waktu sekitar enam bulan," ujarnya. Meskipun demikian, banyak orang yang merasa kesedihan ini bisa dipicu oleh hal-hal kecil yang pada pandangan umum tidak berarti, misalnya saat berpindah rumah, lulus kuliah, atau mengakhiri sebuah hubungan.
Penting untuk diingat bahwa duka bukanlah sesuatu yang harus disembuhkan, melainkan dilalui. Dr. Andreas menegaskan bahwa setiap individu memiliki caranya sendiri untuk menghadapi kehilangan. Beberapa orang mungkin mengandalkan kebersamaan dengan teman atau aktivitas sosial, sementara yang lain mungkin menemukan ketenangan dalam kegiatan sederhana sehari-hari, seperti mencuci piring. “Bukan menyembuhkan duka, tapi melalui duka,” jelasnya. Aktivitas yang tampak sepele tersebut bisa menjadi cara bagi seseorang untuk menyalurkan emosi dan mengatasi kesedihan yang dirasakan.
Dalam upaya menghadapi duka, ada beberapa cara yang bisa dipertimbangkan oleh individu, antara lain:
- Kumpul dengan Teman: Berada di sekitar orang terkasih dapat mengurangi rasa kesepian dan memberikan dukungan emosional.
- Mengalihkan Perhatian: Kegiatan seperti berbelanja atau mengerjakan hobi dapat membantu mengalihkan pikiran dari kesedihan.
- Melakukan Kegiatan Sederhana: Aktivitas harian seperti mencuci piring atau berkebun bisa menjadi cara yang signifikan untuk menenangkan pikiran dan mengingatkan pada fungsi dasar kehidupan.
- Berbicara dengan Profesional: Jika kesedihan telah mengganggu aktivitas sehari-hari, berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog menjadi langkah yang sangat disarankan.
Dr. Andreas juga mencatat bahwa waktu bukanlah penentu kapan seseorang perlu mendapatkan pertolongan. "Ketika kita menjalani duka sudah dua minggu, tiga minggu, atau bahkan beberapa hari, dan terasa sangat berat, lebih baik untuk berkonsultasi dengan profesional,” paparnya. Mengabaikan rasa sakit yang dirasakan dapat memperburuk kondisi kesehatan mental seseorang.
Kesedihan bukanlah perjalanan yang linier dan setiap orang memiliki cara unik dalam melewatinya. Proses ini terkadang dapat penuh dengan tantangan dan konflik emosional yang kompleks. Oleh karena itu, penting untuk memberi diri kita izin untuk merasakan dan menjalani duka tanpa menilai diri sendiri.
Jika seseorang merasa sulit untuk berfungsi di kehidupan sehari-hari, atau jika emosi menjadi terlalu berat untuk ditangani, mencari bantuan dari profesional kesehatan mental bukan hanya langkah yang bijak, tetapi juga sebagai bentuk pencintaan kepada diri sendiri. Kesederhanaan dalam aktivitas sehari-hari serta dukungan dari orang-orang terdekat bisa menjadi obat bagi jiwa dalam menghadapi duka yang dirasakan.
Menghadapi kesedihan tentu bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan memahami dan menerima proses duka, setiap individu bisa menemukan cara untuk merayakan kembali kehidupan meski telah dilanda kehilangan yang mendalam.