Bisnis

Bursa Asia Perkasa Usai Wall Street Kinclong Berkat Trump!

Bursa Asia-Pasifik menunjukkan penguatan yang signifikan pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat, 24 Januari 2025. Kecemerlangan ini terjadi setelah indeks S&P 500 di Wall Street mencatatkan rekor tertinggi, didorong oleh seruan Presiden Donald Trump yang mendesak agar suku bunga lebih rendah dan harga minyak lebih murah.

Pedagang di seluruh dunia merespons positif pernyataan Trump yang dipandang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan melepaskan tekanan dari beban biaya pinjaman. Alhasil, indeks Nikkei 225 Jepang melesat 0,31 persen, sedangkan S&P/ASX 200 dari Australia menyusul dengan lonjakan 0,39 persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi mencatatkan lonjakan sebesar 0,62 persen, dan Kosdaq juga mengalami kenaikan sebesar 0,07 persen.

Investor di Hong Kong pun merasakan dampak positif. Indeks Hang Seng menunjukkan pembukaan yang kuat, melonjak dari 19.700,56 ke 19.801. Meski sempat mengalami penurunan sebesar 0,03 persen pada penutupan hari sebelumnya, optimisme pasar tetap terjaga.

Kondisi pasar modal di kawasan Asia ini juga dipengaruhi oleh perkembangan di Jepang, di mana inflasi inti pada Desember 2024 tercatat naik sebesar 3 persen secara tahunan, level tertinggi dalam 16 bulan terakhir. Peningkatan ini diharapkan memicu Bank of Japan (BoJ) untuk menaikkan suku bunga setelah 17 tahun tidak ada perubahan. Pengamat pasar berspekulasi bahwa BoJ akan mengambil langkah tersebut pada pertemuan mendatang guna menanggapi inflasi yang meningkat.

Secara bersamaan, Singapura juga bersiap untuk menaikkan suku bunga. Keputusan ini diambil seiring dengan meningkatnya inflasi, yang menurut pengamat pasar menjadi langkah yang sejalan dengan kebijakan moneter yang lebih ketat.

Dari sisi lain, Wall Street menunjukkan performa yang mengesankan, dengan ketiga indeks utama mengalami hasil positif. Dow Jones Industrial Average memperoleh tambahan 408,34 poin atau 0,92 persen, ditutup di level 44.565,07. Nasdaq Composite juga menguat 0,22 persen menjadi 20.053,68. S&P 500 berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, naik 0,53 persen untuk ditutup di angka 6.118,71.

Sebagai catatan, para investor dan analis kini banyak memantau potensi dampak dari pernyataan Trump untuk suku bunga yang lebih rendah. Penurunan suku bunga dapat merangsang investasi dan konsumsi, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Namun, kebijakan ini juga dapat memicu kekhawatiran inflasi di masa mendatang, tergantung pada respons pasar dan kebijakan bank sentral di masing-masing negara.

Dalam konteks ini, keputusan Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan atau BI Rate baru-baru ini juga sejalan dengan tren global, di mana banyak negara sedang mempertimbangkan kebijakan moneter yang lebih longgar. Meskipun demikian, BCA selaku bank besar di Indonesia menyatakan belum ada rencana untuk menurunkan bunga deposito meski BI Rate dipangkas, menunjukkan kehati-hatian dalam menghadapi perubahan kondisi ekonomi.

Semua mata kini tertuju pada pergerakan lanjutan di pasar global, yang akan sangat dipengaruhi oleh aksi dan kebijakan yang diambil oleh bank sentral serta pergerakan ekonomi yang lebih luas. Fokus utama akan tetap pada reaksi pasar terhadap pernyataan Trump dan langkah-langkah kebijakan moneter selanjutnya, baik di AS maupun di negara-negara Asia-Pasifik.

Rina Lestari adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button