China Balas Tarif Impor Trump, Korsel Dorong Negosiasi Segera!

China pada Kamis (3/4) melayangkan penolakan keras terhadap kebijakan tarif impor yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam pernyataannya, pemerintah China menyampaikan bahwa mereka akan “mengambil tindakan balasan secara tegas” untuk melindungi hak serta kepentingan nasionalnya. Langkah ini menunjukkan ketegangan yang semakin meningkat antara kedua negara yang merupakan dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Kementerian Perdagangan China menyerukan kepada Washington untuk segera mencabut tarif sepihak dan menyelesaikan perbedaan perdagangan melalui “dialog yang setara.” China menghadapi tarif tambahan sebesar 34 persen, bersamaan dengan bea masuk 20 persen yang telah ada sejak awal masa jabatan kedua Trump pada Januari lalu. Menurut pernyataan resmi kementerian, “sejarah menunjukkan bahwa kenaikan tarif tidak dapat menyelesaikan masalah internal Amerika Serikat. Kebijakan ini justru merugikan kepentingan AS sendiri, membahayakan perkembangan ekonomi global, serta mengganggu stabilitas rantai pasokan dan industri.” Mereka menegaskan bahwa tidak ada pemenang dalam perang dagang dan bahwa proteksionisme bukanlah solusi yang tepat untuk masalah ini.

Di sisi lain, Korea Selatan juga merasakan dampak dari kebijakan tarif ini dan melaksanakan langkah-langkah strategis untuk menghadapinya. Pelaksana tugas Presiden Korea Selatan, Han Duck Soo, mengatakan dalam sebuah pertemuan darurat bahwa pemerintah harus berupaya maksimal untuk menghadapi krisis perdagangan akibat tarif baru tersebut. Ia menginstruksikan para pejabat untuk menyusun langkah-langkah darurat yang diharapkan dapat membantu industri dan perusahaan yang terdampak dari kebijakan AS.

Produk asal Korea Selatan kini akan dikenakan tarif tambahan sebesar 25 persen oleh AS, yang diperkirakan dapat memukul sejumlah sektor industri yang bergantung pada perdagangan dengan Amerika. Han Duck Soo menyoroti pentingnya negosiasi dengan AS untuk meminimalkan dampak dari kebijakan tarif ini dan menciptakan solusi yang saling menguntungkan bagi kedua negara.

Dalam konteks yang lebih luas, Taiwan, yang juga terkena dampak kebijakan tarif AS dengan tarif tambahan sebesar 32 persen, menganggap langkah tersebut “sama sekali tidak masuk akal dan sangat disesalkan.” Pemerintah Taiwan mempertanyakan metode perhitungan yang digunakan oleh AS dan menekankan bahwa penerapan tarif tersebut tidak mencerminkan hubungan perdagangan yang saling melengkapi antara Taiwan dan Amerika. Dewan Eksekutif kabinet Taiwan menekankan kontribusi besar yang telah diberikan Taiwan kepada perekonomian AS, terutama dalam meningkatkan permintaan terhadap semikonduktor dan produk kecerdasan buatan (AI).

Kebijakan tarif yang diperkenalkan oleh Trump menimbulkan reaksi dari berbagai belahan dunia. Anggota parlemen serta pemimpin internasional lainnya, termasuk Kanselir Jerman, juga menyatakan bahwa kebijakan tersebut merupakan “serangan” terhadap tatanan niaga global. Banyak yang khawatir bahwa tarif yang tinggi akan memperburuk ketidakpastian ekonomi dan memicu penurunan dalam aktivitas perdagangan internasional.

Secara keseluruhan, ketegangan perdagangan antara AS, China, Korea Selatan, dan Taiwan semakin memanas dengan adanya kebijakan tarif baru ini. Masing-masing negara berusaha mencari strategi untuk melindungi industri dan meningkatkan daya saing, sementara pada saat yang sama, upaya untuk membangun dialog dan negosiasi harus digalakkan untuk menghindari dampak negatif lebih lanjut pada perekonomian global. Langkah-langkah yang diambil akan sangat menentukan arah perkembangan perdagangan di masa depan, dan seiring berjalannya waktu, hasil dari negosiasi ini akan menjadi perhatian utama bagi semua pihak yang terlibat.

Berita Terkait

Back to top button