China, sebagai pemimpin baru BRICS, mengambil langkah strategis dalam menghadapi perang dagang yang dipicu oleh kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS). Dalam konteks ini, Pemerintah China membahas rencana untuk mendirikan Pusat Kerja Sama guna mendukung pengembangan zona ekonomi khusus di negara-negara anggota BRICS, sebagai respon atas proteksionisme yang ditunjukkan oleh pemerintahan Presiden AS, Donald Trump.
Dalam berbagai pernyataannya, Trump menunjukkan komitmennya untuk menjaga status dolar AS sebagai mata uang dominan dunia. Hal ini membuat negara-negara anggota BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, semakin merasakan tekanan. China, melalui perwakilan perdagangan internasionalnya, Wang Shouwen, menyatakan pentingnya kerja sama multilateral antar anggota BRICS untuk mengatasi dampak dari tarif impor yang diterapkan oleh AS.
"Dengan mendirikan Pusat Kerja Sama ini, kami bertujuan untuk memperkuat kerja sama ekonomi di antara negara-negara BRICS dan mempromosikan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi," ungkap Wang saat menyoroti rencana tersebut. Langkah awalnya akan diimplementasikan di Hangzhou, Provinsi Zhejiang, yang direncanakan menjadi pusat pertukaran internasional bagi negara-negara anggota.
Keputusan untuk mendirikan pusat tersebut mencerminkan upaya kolektif BRICS untuk melawan arus unilateralisme yang dihadapi saat ini. Dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap dominasi dolar AS, negara-negara BRICS bertekad untuk mencari cara baru bertransaksi, termasuk mendorong penggunaan mata uang lokal sebagai alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada dolar.
Di tengah ketegangan perdagangan yang kian meningkat, inisiatif ini menjadi lebih signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan tarif yang diberlakukan oleh AS tidak hanya mempengaruhi ekonomi lokal, tetapi juga mengubah dinamika global. Dengan adanya Pusat Kerja Sama tersebut, BRICS berusaha untuk membangun sistem ekonomi global yang lebih adil dan berkelanjutan.
Langkah-langkah yang diusulkan oleh China dan BRICS mencakup beberapa poin penting:
-
Pendirian Pusat Kerja Sama: Pusat ini bertujuan untuk menjadi titik fokus bagi pengembangan ekonomi di negara-negara anggota BRICS.
-
Promosi Mata Uang Lokal: Negara-negara BRICS mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi internasional, yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
-
Kerja Sama Multilateral: China menyerukan kepada semua negara BRICS untuk bersatu dalam menghadapi tekanan dari kebijakan perdagangan AS.
- Zona Ekonomi Khusus: Rencana ini menopang pengembangan zona ekonomi khusus yang direncanakan di negara-negara BRICS untuk meningkatkan investasi dan perdagangan antarpihak.
Dengan rencana-rencana ini, China menunjukkan kepemimpinannya di dalam organisasi BRICS dan berkomitmen untuk mengatasi tantangan global yang dipicu oleh kebijakan perdagangan AS. Selain itu, dengan dukungan dari negara-negara BRICS lainnya, diharapkan bahwa blok ini dapat menciptakan alternatif yang lebih kuat dalam sistem perdagangan global secara keseluruhan.
Keberanian China untuk mengambil inisiatif ini menandakan bahwa BRICS sedang bergerak menuju era baru, di mana kolaborasi dan pemanfaatan sumber daya bersama menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ekonomi dunia. Menyusul perkembangan ini, perhatian dunia akan tertuju pada bagaimana negara-negara BRICS dapat mempertahankan posisi dan kekuatan mereka dalam menghadapi ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan luar negeri AS yang lebih agresif.