Curhat Wanita Purwakarta: Perdarahan Saat Berhubungan Intim, Kanker Serviks?

Di Purwakarta, kasus kanker serviks yang mengkhawatirkan muncul dari kisah seorang wanita berusia 28 tahun, Prisda Sucialaras. Dia berbagi pengalaman pahitnya melalui media sosial, yang mencuri perhatian banyak orang. Prisda mengalami gejala awal kanker serviks dengan tampak sepele: keputihan yang terus-menerus dan perdarahan saat berhubungan intim dengan suaminya.

Awal tahun 2023, Prisda merasakan keputihan yang tidak biasa. Meski sempat mengira bahwa gejala tersebut hanya disebabkan oleh kelelahan, perdarahan yang dialaminya saat berhubungan intim menjadi tanda peringatan. “Daerah intim saya mengeluarkan darah segar, tapi saya abaikan karena setelah berhubungan badan mengeluarkan darah itu, besoknya saya mens,” ungkapnya. Gejala ini muncul berulang kali, namun Prisda tetap menunda kunjungan ke dokter.

Ketika keputihan yang dialami semakin parah, berbau menyengat seperti telur busuk, Prisda mulai merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Pada awal Agustus 2023, dia memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan. Dalam pemeriksaan, dokter menemukan adanya tumor di area mulut rahimnya, walaupun saat itu belum bisa dipastikan apakah tumor tersebut bersifat ganas.

Setelah menjalani pemeriksaan lebih lanjut, diagnosa mengerikan pun terkonfirmasi: Prisda didiagnosis mengidap kanker serviks stadium 2B. Dalam periode November hingga Desember 2023, ia mulai menjalani terapi radioterapi dan kemoterapi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Namun, masalah biaya membuatnya terpaksa menghentikan pengobatan.

Sejak Januari hingga April 2024, Prisda kembali menjalani aktivitas normal karena merasa gejalanya hilang. Namun, pada Mei 2024, gejala kanker kembali muncul, ditandai dengan penurunan berat badan drastis dan kesulitan buang air besar. “Akhirnya, dengan modal tekad saja tanpa memikirkan biaya, awal Juni 2024 saya mulai periksa lagi,” katanya, memilih rumah sakit lain di Santosa Kebon Jati.

Di rumah sakit tersebut, dokter mengonfirmasi bahwa kanker serviksnya masih ada dan menyarankan untuk melanjutkan kemoterapi. Prisda mengungkapkan bahwa efek samping dari kemoterapi sangat berat, membuatnya merasa lemah, dengan rambutnya rontok dan kulitnya kusam. Kondisi ekonomi yang sulit memaksa suaminya untuk mengambil keputusan drastis, yaitu meninggalkan pekerjaannya demi mencairkan asuransi BPJS Ketenagakerjaan untuk biaya pengobatan.

Kanker serviks adalah penyakit yang serius dan muncul ketika sel-sel abnormal tumbuh di leher rahim, biasanya disebabkan oleh infeksi virus Human Papillomavirus (HPV). Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, beberapa faktor risiko yang harus diperhatikan meliputi:

1. Merokok
2. Sistem kekebalan tubuh yang lemah
3. Riwayat infeksi menular seksual
4. Riwayat keluarga dengan kanker serviks
5. Melakukan hubungan seksual pada usia sangat muda

Sejak menjalani pengobatan, Prisda menunjukkan optimisme untuk sembuh. “Alhamdulillah, rezeki sudah Allah atur. Mungkin tahun ini waktunya saya berobat dan sembuh,” ujarnya. Saat ini, dia masih menjalani terapi di Rumah Sakit Hasan Sadikin dan berharap pengalamannya bisa mengedukasi banyak orang tentang bahaya kanker serviks serta pentingnya deteksi dini.

Gejala kanker serviks seperti keputihan mencurigakan dan perdarahan saat berhubungan intim tidak boleh diabaikan. Mengingat pentingnya pemeriksaan rutin, wanita di seluruh Indonesia diimbau untuk memperhatikan setiap perubahan pada tubuh mereka dan tidak ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika menemukan gejala yang mencurigakan. Pencegahan dan deteksi dini adalah langkah vital dalam menghadapi kanker serviks.

Berita Terkait

Back to top button