
Perang dagang yang dipicu oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menimbulkan dampak signifikan terhadap perekonomian domestik, terutama di sektor harga barang. Banyak kebutuhan sehari-hari, baik primer maupun sekunder, akan mengalami kenaikan harga akibat tarif yang diterapkan terhadap barang-barang impor. Para ahli ekonomi memprediksi bahwa situasi ini akan berdampak langsung pada dompet konsumen Amerika.
Salah satu komoditas yang paling terpukul adalah kopi. Hampir seluruh kopi yang dikonsumsi di AS diimpor, dengan Brasil dan Kolombia sebagai pemasok utama yang kini dikenakan tarif 10%. Menurut Walter Haas, pemilik pemanggang kopi Graffeo di San Francisco, kenaikan biaya ini akan langsung tercermin dalam harga yang dibayar konsumen. "Jika tarif tetap berlaku, kenaikan biaya tersebut akan secara permanen dimasukkan ke dalam harga yang dibayarkan konsumen," ujarnya.
Selain kopi, barang-barang makanan lainnya juga diperkirakan akan mengalami lonjakan harga. Banyak makanan impor, termasuk minyak zaitun dari Italia, Spanyol, dan Yunani, yang sekarang dikenakan tarif baru sebesar 20%. Lonjakan ini diperkirakan akan menghantam meja dapur di seluruh AS.
Dalam laporan Departemen Pertanian AS (USDA), kenaikan harga juga akan melanda buah dan sayuran yang diimpor. Kedua komoditas ini sangat bergantung pada pemasok dari Kanada dan Meksiko, meski ada barang-barang tertentu yang terpengaruh oleh tarif baru. Contohnya, pisang yang diimpor dari negara-negara Amerika Latin seperti Guatemala dan Ekuador akan dikenakan tarif 10% mulai pertengahan April.
Kenaikan harga tidak hanya terbatas pada kebutuhan makanan. Barang-barang elektronik yang banyak diproduksi di China dan India juga akan mengalami lonjakan harga. Produk Apple, misalnya, akan dikenakan tarif sebesar 54% untuk ekspor ke AS, yang dapat memberatkan konsumen.
Menurut analis Apple, pembeli iPhone kelas atas kemungkinan akan lebih menerima kenaikan harga yang diharapkan terjadi. Selain itu, tarif 25% juga akan diberlakukan terhadap kendaraan yang tidak diproduksi di AS, yang diprediksi akan menambah biaya mobil rata-rata hingga ribuan dolar.
Sektor pakaian dan tekstil pun tidak luput dari dampak ini. Tarik balik hasil produksi dari negara-negara dengan biaya tenaga kerja yang rendah seperti Tiongkok dan Vietnam akan membuat harga pakaian melonjak. Laboratorium Anggaran Yale bahkan memperkirakan tarif baru akan mengakibatkan kenaikan harga pakaian dan tekstil sebesar 17%. Perkiraan tersebut menyebutkan kerugian rata-rata yang dialami oleh konsumen domestik mencapai $3.800 akibat dampak keseluruhan tarif yang diterapkan.
Daftar barang yang diprediksi akan mengalami kenaikan harga akibat perang dagang ini mencakup:
- Kopi – Kenaikan tarif 10% pada kopi impor dari Brasil dan Kolombia berpotensi mengerek harga secangkir kopi.
- Minyak Zaitun – Kenaikan tarif 20% pada produk dari Uni Eropa, terutama Italia, Spanyol, dan Yunani.
- Pisang – Kenaikan tarif 10% atas buah impor dari negara-negara Amerika Latin seperti Guatemala dan Ekuador.
- Barang Elektronik – Tarif 54% pada produk dari China, termasuk iPhone, akan menaikkan harga perangkat elektronik.
- Kendaraan – Tarif 25% dikenakan pada kendaraan yang tidak diproduksi di AS, meningkatkan biaya mobil.
- Pakaian dan Tekstil – Kenaikan harga sebesar 17% yang diestimasikan Laboratorium Anggaran Yale akibat tarif baru.
Dalam menghadapi lonjakan harga ini, konsumen di AS perlu mempertimbangkan kembali pengeluaran mereka. Kenaikan harga barang-barang kebutuhan sehari-hari mungkin akan mengubah pola konsumsi dan mempengaruhi keputusan pembelian mereka ke depan. Dengan latar belakang ini, jelas bahwa dampak dari keputusan politik dapat mencapai seluruh lapisan masyarakat, terutama dalam hal biaya hidup sehari-hari.