Teknologi

Daftar Kejanggalan Kabar Bjorka di Kasus Peretasan Nasabah BCA

Peretas anonim yang dikenal dengan nama Bjorka kembali menggegerkan publik dengan kabar dugaan kebocoran data nasabah Bank Central Asia (BCA). Meskipun Bjorka mengklaim bahwa data nasabah BCA telah diretas, pihak BCA secara tegas membantah kabar tersebut, menegaskan bahwa data nasabahnya tetap aman. EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamanan data nasabah dan mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi penipuan yang mengatasnamakan bank.

“Saat ini, kami memastikan bahwa data nasabah tetap aman,” ungkap Hera dalam keterangannya kepada Podme. Pernyataan dari BCA ini didukung oleh pakar keamanan siber, Alfons Tanujaya, yang meragukan klaim Bjorka. Menurutnya, jika sistem BCA benar-benar dibobol oleh hacker ransomware, seharusnya terjadi gangguan operasional yang signifikan. “Kalau terserang ransomware, kemungkinan sistem dan data akan terenkripsi. Jika data dibackup dan berhasil dipulihkan, seharusnya akan terasa glitch atau gangguan operasional,” jelas Alfons.

Di tengah isu ini, Bjorka juga mengancam akan membocorkan data dari bank-bank lain, termasuk Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, dan Bank Syariah Indonesia (BSI). Melalui akun X-nya, Bjorka mengekspresikan ketidakpuasan terhadap bantahan yang dirilis BCA dan menyatakan bahwa keamanan bank harus diperketat.

Sementara itu, berbarengan dengan kabar kebocoran data nasabah BCA, muncul fenomena mencolok di media sosial. Tagar #RansomwareBCA menjadi trending, di mana banyak akun bot terlibat dalam menyebarluaskannya. Ismail Fahmi, pendiri Drone Emprit, mencatat bahwa tagar tersebut banyak digunakan oleh akun-akun bot yang tampaknya tidak kredibel. “Kalau hacker yang kredibel menemukan ransomware, seharusnya tidak perlu bikin postingan pakai bot. Mainan bot seperti ini biasanya bukan gaya hacker,” tulis Ismail di akun X-nya. Ia juga melaporkan bahwa sekitar 70% dari akun-akun tersebut memiliki sedikit pengikut, menunjukkan bahwa ini bukanlah kampanye yang organik.

Munculnya isu kebocoran data oleh Bjorka tidak terlepas dari sejumlah kejanggalan yang memicu kecurigaan publik. Banyak yang mempertanyakan timing dari ancaman Bjorka, yang seringkali beririsan dengan kasus atau skandal besar yang sedang berlangsung di Indonesia. Misalnya, ketika Bjorka mengeluarkan ancaman kebocoran data BCA, beberapa isu kontroversial seperti pagar laut dan pemblokiran dana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) sedang hangat diperbincangkan di masyarakat. “Mau menutupi isu apalagi? Ibu Kota Nusantara atau IKN mangkrak?” tulis seorang netizen di cuitan Bjorka.

Fenomena Bjorka tidak pertama kali terjadi. Sejak kemunculannya, banyak ancaman yang dilontarkan. Pada tahun 2022 misalnya, Bjorka pertama kali hadir di tengah kasus penembakan polisi Brigadir J. Dalam rentang waktu tersebut, Bjorka mengancam akan membocorkan sejumlah data, seperti data pelanggan IndiHome dan data pemilih dalam pemilu. Di tahun 2023, ancaman yang dilontarkan Bjorka kembali muncul di tengah skandal kekerasan yang melibatkan Mario Dandy Satrio, dengan ancaman menjual data pengguna BPJS Ketenagakerjaan. Terakhir, Bjorka kembali muncul saat protes revisi UU Pilkada memunculkan tagar #PeringatanDarurat.

Kejanggalan yang mencolok dan konsistensi Bjorka dalam mengeluarkan ancaman di momen-momen sensitif menjadi sorotan banyak pihak. Banyak yang mempertanyakan motif di balik tindakan Bjorka yang tampaknya tidak sekadar berkaitan dengan masalah keamanan data, tetapi juga berpotensi menjadi alat untuk distraksi dari isu-isu besar yang sedang dihadapi masyarakat. Keberadaan Bjorka dan dugaan peretasan data nasabah BCA mengingatkan pada urgensi perlindungan data di dunia digital yang semakin rentan terhadap ancaman siber.

Dimas Harsono adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button