Aplikasi asisten kecerdasan buatan (AI) buatan startup asal China, DeepSeek, kini menarik perhatian di Indonesia dan diprediksi dapat membawa dampak positif bagi industri AI di tanah air. Banyak pihak melihat kehadiran DeepSeek sebagai peluang bagi pengembangan teknologi lokal untuk bersaing di pasar global, terutama dalam hal ketersediaan tools pengembangan yang lebih terjangkau.
Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital dari Center of Economics and Law Studies (Celios), mengungkapkan keyakinannya bahwa DeepSeek bisa menjadi pendorong bagi industri AI dalam negeri. “Hadirnya DeepSeek mampu menjulang di antara platform AI global lainnya. Walaupun berasal dari luar, kehadirannya diharapkan dapat memotivasi pengembang lokal untuk berpikir kreatif dan inovatif,” ujar Huda saat diwawancarai, Senin (3/2/2025).
Salah satu keunggulan DeepSeek adalah modelnya yang bersifat open source. Ini memungkinkan pengguna dan pengembang di negara berkembang, seperti Indonesia, untuk melihat, mengembangkan, dan memperbaiki model yang disediakan. Huda mencatat bahwa dengan modal yang relatif kecil, DeepSeek memberikan kesempatan bagi pengembang lokal untuk menciptakan solusi AI yang sesuai dengan kebutuhan pasar domestik.
Penggunaan teknologi AI di Indonesia selama ini sering kali lebih difokuskan pada manajemen perusahaan dan aplikasi bisnis lainnya. Namun, Huda berpendapat masih banyak potensi yang bisa digali dari penerapan AI untuk sektor-sektor lain, seperti pendidikan, kesehatan, dan pertanian. Hal ini membuka kemungkinan pengembangan produk dan solusi yang lebih inklusif serta bermanfaat bagi masyarakat luas.
Kehadiran DeepSeek ini juga bertepatan dengan tren digitalisasi yang semakin berkembang di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, industri teknologi di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang pesat, dan permintaan akan solusi berbasis AI semakin meningkat. Aplikasi yang memiliki peringkat tinggi di Apple App Store ini berhasil menyalip popularitas ChatGPT, sebuah bukti bahwa masyarakat global memang menginginkan solusi AI yang lebih kuat dan fleksibel.
“Dengan membawa model yang bisa dikembangkan dari Deepseek, saya rasa perkembangan AI dalam negeri bisa lebih baik. Pengembang harus bisa memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan skill dan inovasi mereka,” ungkap Huda. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara sektor swasta, akademisi, dan pemerintah untuk mempercepat adopsi teknologi AI yang canggih dan efektif.
Melalui keberhasilan DeepSeek yang meraih perhatian besar di Amerika Serikat, pencapaian ini menunjukkan bahwa inovasi tidak hanya terbatas pada belahan dunia tertentu. DeepSeek-V3, model AI yang digunakan dalam aplikasi ini, diklaim bisa bersaing dengan model-model sumber tertutup yang selama ini dominan. Langkah ini bisa menjadi refleksi bagi pengembang lokal untuk menempuh jalan serupa, menciptakan produk yang mampu bersaing secara global.
Lebih dari sekadar alat, kehadiran DeepSeek juga menantang persepsi umum tentang dominasi industri AI oleh negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat. Dengan peluncuran dan promosi yang tepat, DeepSeek menunjukkan bahwa startup dari negara dengan ekonomi berkembang juga dapat mengguncang pangsa pasar global.
Dalam konteks kebijakan, kehadiran aplikasi ini juga menguji efektivitas kontrol ekspor yang diterapkan oleh pemerintah AS terhadap teknologi tinggi, termasuk AI dan chip canggih. Keberhasilan DeepSeek meskipun ada hambatan tersebut menunjukkan bahwa inovasi bisa muncul di mana saja, selama ada niat dan sumber daya yang memadai.
Kehadiran DeepSeek di Indonesia semakin menegaskan bahwa industri AI di dalam negeri berpotensi untuk berkembang pesat. Dengan minat yang terus meningkat untuk aplikasi AI, pengembang lokal diharapkan bisa memanfaatkan peluang ini untuk menciptakan produk yang tidak hanya bersaing secara lokal, tetapi juga di pasar global.