DeepSeek Diblokir di 8 Negara: Respons Komdigi Menarik untuk Disimak

DeepSeek, sebuah layanan AI yang lahir dari perusahaan swasta Cina, telah mengalami pemblokiran di delapan negara, termasuk Indonesia. Pemblokiran ini disebabkan oleh berbagai alasan, termasuk kekhawatiran tentang keamanan data dan potensi risiko yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut. Dalam menanggapi langkah ini, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Indonesia menunjukkan sikap hati-hati dalam menyikapi masalah ini.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Kebijakan Strategis Komdigi, Oki Suryowahono, menyatakan bahwa pihaknya masih dalam tahap mengkaji dan mencari tahu langkah yang akan diambil terhadap DeepSeek. Menurut Oki, tim Komdigi berupaya untuk mengetahui apakah DeepSeek benar-benar menjadi ancaman bagi masyarakat atau tidak. “Kami sedang pelajari, apakah memang menjadi ancaman atau mungkin sebenarnya kami tidak tahu ada masalah apa antara DeepSeek dengan komputer. Yang pasti, kami harus berhati-hati,” ungkapnya saat ditemui di Jakarta Selatan.

Komdigi menekankan pentingnya melakukan kajian mendalam sebelum mengambil langkah lebih jauh, termasuk pemblokiran layanan. “Mungkin ada banyak orang yang terbantu dengan DeepSeek,” tambah Oki, menunjukkan bahwa potensi manfaat dari teknologi ini juga perlu diperhatikan. Hal ini mencerminkan sikap terbuka Komdigi terhadap inovasi teknologi yang dapat membantu masyarakat.

DeepSeek, yang didirikan pada Juli 2023 oleh Liang Wenfeng, seorang lulusan Universitas Zhejiang, berhasil menarik perhatian dengan model terbarunya, DeepSeek-V3. Model ini diklaim memiliki kecepatan inferensi dan performa yang mampu bersaing dengan produk AI terkemuka lainnya, seperti Claude-3.5 dan GPT-4o. Selain itu, DeepSeek juga memiliki keunggulan sebagai platform open source, yang memungkinkan pengembang di seluruh dunia untuk memanfaatkan dan mengembangkan teknologi mereka.

Sebagai layanan AI, DeepSeek menawarkan langganan dengan biaya yang jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan produk sejenis. Biaya berlangganan premium hanya sebesar US$ 0,5 atau sekitar Rp 8.116 per bulan, jauh lebih murah dibandingkan biaya langganan ChatGPT yang mencapai US$ 20 atau sekitar Rp 324.620 per bulan. Dengan harga yang kompetitif, DeepSeek menawarkan alternatif bagi pengguna yang mencari aksesibilitas dan efisiensi.

Sebelumnya, Menteri Komdigi Meutya Hafid menyatakan bahwa kehadiran DeepSeek di Indonesia diharapkan dapat memberikan kontribusi positif. Dalam sebuah acara, Meutya menekankan bahwa keberhasilan DeepSeek, yang meraih pendanaan awal sebesar US$ 5,6 juta, menunjukkan bahwa inovasi tidak selalu bergantung pada modal besar. “Saya rasa agak melegakan untuk Indonesia mendengar hal ini,” ujarnya.

Meutya bahkan membandingkan pencarian dana DeepSeek yang relatif kecil dengan hasil pencatatan saham perdana Bukalapak yang mencapai US$ 1,3 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat potensi besar dalam pengembangan startup teknologi di Indonesia yang dapat mendorong efisiensi dan inovasi.

Komdigi turut mencermati bahwa inovasi seperti DeepSeek membawa harapan bagi perkembangan industri teknologi di Indonesia. Namun, dengan tantangan keamanan data dan privasi yang semakin meningkat, pendekatan yang hati-hati dalam mengadopsi teknologi baru menjadi penting. Terobosan dari DeepSeek, yang juga bersifat open source, dipandang sebagai langkah maju dalam mengurangi ketergantungan pada pemain global besar dalam dunia teknologi.

Dalam situasi ini, para pemangku kepentingan di Indonesia diharapkan dapat bekerjasama untuk menciptakan regulasi yang mendukung pengembangan teknologi sekaligus menjaga keamanan data masyarakat. Seiring peningkatan inovasi teknologi, respons yang tepat dari pemerintah dan lembaga terkait akan sangat menentukan arah perkembangan industri digital di masa depan.

Exit mobile version