
TANGERANG – Pengorbanan seorang atlet sering kali menjadi cerita yang menginspirasi. Kisah pengorbanan Dejan Ferdinansyah dalam ajang Badminton Asia Mixed Team Championship (BAMTC) 2025 menjadi sorotan berkat keputusan bijaknya untuk tidak tampil di final demi keberhasilan Tim Indonesia.
Meskipun Dejan merupakan salah satu pemain kunci yang membantu tim nasional lolos ke final, ia memilih untuk tidak bermain melawan China di pertandingan puncak akibat cedera pada lutut kanannya. Keputusan ini tidak diambil dengan mudah, mengingat Dejan sangat ingin berkontribusi bagi tim. Namun, kesehatan dan performa terbaiknya menjadi prioritas utama. Dejan menyampaikan keadaannya kepada pelatih ganda campuran, Rionny Mainaky, yang kemudian menentukan bahwa ia tidak bisa bermain.
“Ya itu sempat diskusi sama pelatih juga, karena memang di lutut sebelah kanan saya ada sedikit bermasalah, ada sedikit sakit. Pelatih juga nanya saya mau main atau tidak,” ungkap Dejan saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta setelah kejuaraan. Kendati hatinya tergugah untuk berjuang di lapangan, Dejan sadar bahwa jika ia tidak mampu bermain maksimal, akan membahayakan timnya dalam meraih kemenangan.
Prioritas Dejan adalah kemenangan tim. Dalam suasana penuh rasa haru dan mix antara kesedihan dan keinginan, Dejan lebih memilih untuk tidak tampil. “Sedih, tapi untuk Indonesia, enggak apa-apa,” ujarnya. Ia menambahkan, “Kalau ditanya ingin main, ingin main banget, jadi saya agak bimbang gelisah, tapi kondisi saya enggak 100 persen.”
Keputusan Dejan untuk tidak bermain dibarengi dengan dukungan dari mitra bermainnya, Siti Fadia Silva Ramadhanti. Fadia, yang sebelumnya berpasangan dengan Dejan, akhirnya dipasangkan dengan Rinov Rivaldy. Dukungan dan saran dari Fadia membuat Dejan semakin yakin bahwa keputusan untuk mengedepankan kesehatan adalah yang terbaik.
Berikut adalah rangkaian prestasi penting yang dicapai Tim Indonesia dalam BAMTC 2025:
1. Dejan membawa Indonesia lolos ke final.
2. Fadia dan Rinov tampil gemilang di final melawan pasangan China, Gao Jia Xuan dan Wu Meng Ying.
3. Indonesia berhasil meraih gelar juara setelah mengalahkan China dengan skor 3-1.
Kemenangan tersebut merupakan pencapaian bersejarah bagi Indonesia, karena ini menjadi gelar pertama di ajang BAMTC. Keberhasilan Tim Indonesia juga tidak lepas dari faktor kekompakan dan kerja sama seluruh pemain, yang telah berlatih keras selama ini. Sementara itu, kondisi Dejan mulai membaik pasca-turnamen, dan ia berencana untuk menjalani pemulihan intensif di PB PBSI.
“Alhamdulillah sekarang kondisinya udah membaik. Kemarin enggak main saya minta tim support untuk treatment kaki saya. Alhamdulillah sekarang sudah lebih baik,” ujarnya penuh harapan.
Dejan Ferdinansyah layak dicatat sebagai pahlawan tidak hanya karena prestasinya di lapangan, tetapi juga karena pengorbanan dan dedikasinya terhadap tim dan negara. Keputusan untuk tidak tampil di final, meskipun itu adalah impian banyak atlet, menunjukkan bahwa kadang-kadang pengorbanan yang lebih besar dibutuhkan demi kebaikan bersama. Dengan kisah Dejan, semoga dapat menginspirasi banyak orang untuk selalu mengedepankan kepentingan tim dan kesehatan, juga menjadi pengingat bahwa setiap atlet memiliki peran dan pengorbanan masing-masing demi prestasi yang lebih besar.