Detik-Detik Tangis Paula Verhoeven: Kisah Anaknya dan Maia Estianty

Proses perceraian antara Paula Verhoeven dan Baim Wong semakin mendekati akhir, dengan sidang terakhir terkait hak asuh anak yang akan berlangsung minggu depan. Dalam latar belakang perceraian yang menyentuh ini, Paula mengungkapkan kesedihan mendalam atas perubahan sikap anak-anak mereka. Keadaan ini terlihat jelas saat Paula membagikan momen emosional di media sosial, di mana kedua putranya menunjukkan ketakutan saat mendapati kehadirannya.

Paula menceritakan perasaannya melalui unggahan Instagram, mengungkapkan, “Mama sedih dan bingung dengan respons kalian ke mama sekarang. Rasanya hati mama tersayat-sayat, sudah berapa banyak tangis kangen yang mama lewatin 6 bulan terakhir ini.” Dalam video yang diunggahnya, terlihat jelas satu dari anaknya menangis ketakutan, mengatakan, “Mama jangan di sini, nanti Papa marah. Nanti Mama dimarahin.” Unggahan ini menyentuh hati banyak warganet, menciptakan reaksi beragam dan membangkitkan kenangan serupa dari kisah perceraian selebriti lain di tanah air, seperti Maia Estianty.

Perbandingan antara kisah Paula dan Maia Estianty tidak dapat dielakkan. Maia, yang mengalami perceraian dengan Ahmad Dhani pada tahun 2008, juga menghadapi kesulitan dalam bertemu dengan ketiga anaknya—Al, El, dan Dul. Selama tujuh tahun berpisah, Maia harus berjuang menghadapi berbagai rintangan, termasuk momen sulit di mana ia memanjat pagar demi memberi kejutan ulang tahun untuk Al Ghazali yang berusia 11 tahun. Pengalaman ini menciptakan ikatan emosional yang dalam dengan anak-anaknya, meski mereka terpisah oleh situasi yang tidak menguntungkan.

Warganet menunjukkan empati terhadap perjalanan Paula, banyak di antaranya yang memberikan dukungan dan semangat dengan harapan masa depan yang lebih baik. Beberapa komentar di media sosial menyoroti persamaan pengalaman kedua wanita ini, dengan menyatakan bahwa Paula berpotensi mengulangi perjalanan Maia yang positif. Salah satu warganet mengatakan, “Sama kaya Bunda Maia Estianty.. Yakinlah Mama Pau pasti akan bersama lagi dengan K2 hatinya.”

Momen psikologis ini tidak hanya menyedihkan, tetapi juga mencerminkan dampak emosional yang dirasakan anak-anak dalam situasi perceraian orang tua mereka. Psikolog anak menyarankan agar orang tua selalu berusaha menjaga komunikasi yang baik dan memberikan pengertian kepada anak-anak mengenai situasi yang mereka hadapi. Stres yang dialami anak bisa bercurah dalam berbagai bentuk perilaku, termasuk rasa takut akan reaksi salah satu orang tua ketika mereka mendekati orang tua lainnya.

Dalam konteks ini, pengalaman Maia Estianty menjadi pelajaran berharga. Maia menekankan pentingnya percaya pada kekuatan doa dan keyakinan bahwa anak-anak akan mencari orang tua mereka ketika mereka dewasa. “Nggak usah gontok-gontokan ngerebutin anak, lu pakai Tuhan aja untuk ngembaliin anak lu sendiri,” ujarnya dalam salah satu wawancara, menggambarkan ketabahannya karena percaya pada suatu hari nanti bisa bertemu dari hati ke hati dengan anak-anaknya.

Menghadapi situasi yang sama, Paula tampaknya memiliki harapan yang sama. Walau saat ini harus melewati kesedihan dan perjuangan, harapan untuk berkumpul kembali dengan anak-anaknya tetap ada. Masyarakat terus memberikan dukungan, dan banyak yang percaya bahwa keduanya, baik Paula maupun Maia, akan berhasil melalui perjalanannya masing-masing dan menemukan kembali kebahagiaan bersama anak-anak mereka.

Penerimaan dan pengertian akan situasi ini diharapkan dapat membantu anak-anak dalam beradaptasi dengan keadaan, serta mempercepat pemulihan hubungan yang sempat terputus. Perjalanan waktu akan menjadi saksi dari setiap usaha dan pengorbanan yang telah mereka lakukan demi yang terbaik bagi anak-anak.

Berita Terkait

Back to top button