Disebut Pahlawan, Ribuan Rakyat Filipina Desak Pembebasan Duterte!

Sekitar 20.000 orang berkumpul di Kota Davao, Filipina, pada hari Minggu untuk menggelar demonstrasi besar-besaran yang menuntut pembebasan mantan Presiden Rodrigo Duterte. Aksi tersebut diadakan bersamaan dengan perayaan ulang tahun kota kelahirannya, Davao, dan menarik perhatian dari berbagai kalangan masyarakat. Para pendukung Duterte menyuarakan harapan agar mantan pemimpin mereka dapat kembali ke tanah air setelah ditahan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi selama masa kepemimpinannya.

Duterte telah dituduh bertanggung jawab atas ribuan pembunuhan di luar hukum dalam konteks perang melawan narkoba yang sarat kontroversi. Pada bulan Mei mendatang, mantan presiden yang juga pernah menjabat sebagai wali kota Davao itu mencalonkan diri lagi untuk jabatan wali kota setelah jeda 22 tahun dari pemilihan badan lokal. Ini menunjukkan tingkat loyalitas dan dukungan yang tinggi dari kalangan pendukungnya di Davao.

Protes yang berlangsung di Davao tidak hanya diramaikan dengan yel-yel dukungan untuk Duterte, tetapi juga diwarnai oleh acara doa di Taman Rizal, dekat balai kota. “Kami ingin mengingatkan bahwa Rodrigo Duterte adalah pahlawan bagi kami; dia telah melakukan banyak hal untuk bangsa ini,” kata salah satu pendukung di lokasi demonstrasi.

Mantan presiden tersebut ditangkap di Bandara Internasional Manila setelah kembali dari Hong Kong dan diangkut ke Den Haag untuk menjalani proses hukum. Sidang awal yang berlangsung pada hari Jumat membahas mengenai dakwaan yang dihadapinya. Dalam sidang yang disiarkan melalui tautan video tersebut, Duterte tidak hanya menjalani proses administratif, tetapi juga mengungkapkan keyakinannya terhadap dukungan para pendukungnya.

Duterte berupaya menenangkan para pendukungnya melalui putrinya, Wakil Presiden Sara Duterte, yang menegaskan bahwa situasi ayahnya akan membaik pada akhirnya. “Jadi, katanya, katakan kepada mereka (para pendukungnya): ‘Santai saja. Ada akhir dari segalanya. Ada hari perhitungan,'” ungkapnya dalam sambutannya kepada massa. Pernyataan tersebut menunjukkan betapa besarnya harapan dan dukungan masyarakat terhadap mantan presiden.

Selama kepemimpinan Duterte dari tahun 2016 hingga 2022, setidaknya 6.252 orang dilaporkan tewas dalam operasi antinarkoba yang dijalankan polisi. Namun, menurut pengamatan kelompok hak asasi manusia, jumlah korban dapat mencapai angka 27.000 jika dihitung dengan metode eksekusi di luar hukum. Hal ini telah memicu banyak perdebatan di dalam dan luar negeri mengenai langkah-langkah yang diambil dalam perang melawan narkoba, serta konsekuensinya terhadap hak asasi manusia.

Aksi demonstrasi di Davao ini mencerminkan perpecahan yang terjadi di masyarakat Filipina. Di satu sisi, sejumlah warga menilai Duterte sebagai pahlawan yang berani mengambil tindakan tegas dalam menghadapi masalah narkoba; di sisi lain, banyak yang menganggap kebijakan tersebut melanggar hak asasi manusia dan menyebabkan tragedi kemanusiaan. Pendapat ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk dialog dan rekonsiliasi di antara para pihak yang berbeda pandangan.

Demonstrasi ini bukan hanya sekadar unjuk rasa, tetapi juga sebuah wujud solidaritas dan harapan dari rakyat Filipina yang masih percaya pada kepemimpinan Duterte. Para pendukungnya meyakini bahwa meskipun saat ini mantan presiden sedang berjuang menghadapi proses hukum, semangatnya untuk memimpin rakyat Filipina tidak akan pernah padam. Aksi ini juga memberikan gambaran jelas tentang bagaimana posisi Duterte dalam sejarah politik Filipina akan terus menuai pro dan kontra dari sebagian besar masyarakat di negara tersebut.

Berita Terkait

Back to top button